Oleh: Dahlan Iskan
Saya selalu ingin cari tiket paling murah. Tidak mudah. Berarti saya harus berubah. Gaya bepergian saya selama ini tidak cocok di era penghematan. Pergi serba mendadak memang bisa terbentur kenyataan di lapangan: sulit dapat tiket murah.
Pernah, saya mencoba berubah: membuat perencanaan agak jauh-jauh hari. Dua bulan sebelumnya. Jatuhnya lebih mahal. Buang tiket. Jadwal berubah. Beli tiket baru. Justru dua kali beli tiket.
Sebenarnya bukan jadwal yang berubah. Kadang keinginan yang berubah. Misalnya, dalam jadwal tidak ada rencana ke kota Datong. Tiba-tiba ingat ”dendam” lama: ingin tahu lokasi proyek kereta 1.000 km/jam.
Lalu tiba-tiba muncul keinginan ke Kazakhstan. Mumpung sudah di Beijing. Sudah lebih dekat. Tinggal lima jam penerbangan.
Itu gara-gara terbaca berita bahwa ke Kazakhstan tidak perlu lagi visa. Saya ingin tahu Kazakhstan. Belum pernah ke sana. Toh dari Beijing saya harus ke New York. Toh belum punya tiket pesawat. Masih fleksibel. Apa salahnya lewat Kazakhstan. Toh satu garis menuju New York. Hanya saja ke arah barat.
Bagaimana kalau tidak ada tiket sambungan dari Kazakhstan ke New York? Lihat peta lagi. Bisa mampir Beograd. Sekalian melihat seperti apa ibu kota Serbia itu setelah Yugoslavia bubar.
Sudah 45 tahun tidak ke Serbia. Terakhir ketika ikut Presiden Soeharto ke KTT Non Blok. Tahunnya sudah lupa –saking lamanya.
Bagaimana kalau dari Beograd tidak ada pesawat jurusan New York? Lihat peta. Bisa lewat Belarusia. Saya juga belum pernah ke negeri itu. Yang paling murah tentu lewat Frankfurt atau Paris. Tapi itu tidak menambah titik kunjungan.
Akhirnya ke Kazakhstan itu batal. Untung belum beli tiket. Ke Datong lebih penting. Maka ke Datong saja.
Waktu ke New York pun kian mepet. Apa boleh buat. Lewat arah timur saja. Juga lebih murah.
”Lebih murah” itu sebenarnya masih mahal juga untuk ukuran dibandingkan dengan dulu. Saya pun mengeluh. Kok sekarang pergi-pergi lebih mahal.
Terpaksa saya banding-bandingkan: penerbangan apa yang paling murah. Lalu rute mana yang paling miring.