Proses produksi, lanjutnya, telah mencapai 70-80 persen. Tahun ini diharapkan radar tersebut bisa dipasang untuk mengcover wilayah udara IKN.
“Wilayah udara IKN akan dicover dulu. Sehingga threat yang ada di udara. Yang datang dari udara bisa dilakukan identifikasi,” imbuhnya.
Saat beroperasi, kata Bobby, radar GCI akan berinteroperabilitas dengan 12 radar buatan Retia, Ceko. Radar ini juga dibeli oleh Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI.
“Jadi 13 radar ini akan berinteroperability dengan 12 radar Ceko. Harapannya bisa mengcover seluruh wilayah udara Indonesia,” pungkasnya.
Seperti diketahui, Thales merupakan perusahaan bidang teknologi dan pertahanan yang berpusat di Paris, Prancis. Lini bisnis Thales beroperasi selama lebih dari 40 tahun di Indonesia. Perusahaan itu merupakan mitra utama militer Indonesia. Terutama pengadaan sistem radar.
PT Len Industri (Persero) dalam siaran tertulisnya menjelaskan radar GCI merupakan salah satu alutsista utama yang fungsinya dapat diibaratkan sebagai mata pertahanan.
“Dengan jangkauannya yang bisa mencapai 450 km, radar tipe ini berperan memberikan pengawalan pada pesawat pencegat maupun pesawat buru sergap dalam menjalankan misinya,” tulis PT Len Industri.
Sebelumnya, Kementerian Pertahanan (Kemhan) menandatangani kontrak jual beli dengan PT Len Industri (Persero) untuk pengadaan 13 unit sistem radar Ground Control Interception (GCI) GM-403 dari Thales, Prancis.
Kerja sama strategis pembuatan 13 sistem unit radar GCI GM-403 ini ditandatangani PT Len Industri (Persero) dan Thales di Surabaya, Jawa Timur, pada 20 April 2022.
Penandatanganan itu disaksikan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Dalam perjanjian itu, terutama yang terkait radar, kerja sama mencakup rencana alih teknologi untuk radar militer dan sipil.
Termasuk kegiatan pemeliharaan dan perawatan (MRO) di dalam negeri dan pengembangan bersama radar komando dan kendali (C2) nasional.