IKNPOS.ID – TikTok, platform media sosial raksasa, mengumumkan pemangkasan alias PHK ratusan karyawannya di Inggris, Asia Selatan, dan Asia Tenggara.
Keputusan ini merupakan bagian dari restrukturisasi global yang memprioritaskan efisiensi dan inovasi teknologi.
Posisi yang paling terdampak berasal dari tim trust and safety, sebuah divisi krusial yang bertanggung jawab atas moderasi konten.
Langkah dramatis ini mengisyaratkan pergeseran signifikan dalam model bisnis TikTok: ketergantungan yang semakin besar pada kecerdasan buatan (AI) untuk mengelola keamanan platform.
Juru bicara TikTok menyatakan reorganisasi ini bertujuan untuk memusatkan operasi global agar lebih efektif dan cepat.
Di balik pernyataan ini, tersembunyi fakta AI kini menjadi garda terdepan dalam penyaringan konten.
Perusahaan mengklaim bahwa sistem AI-nya telah berhasil mengidentifikasi dan menghapus lebih dari 85% konten yang melanggar pedoman komunitas.
Keunggulan AI dalam kecepatan dan skala menjadi alasan utama perusahaan untuk mengurangi jumlah moderator manusia. Meski begitu, keputusan ini menuai kritik tajam dari serikat pekerja.
Laba Meningkat, Karyawan Tumbang
Tren pemangkasan ini bukanlah hal baru bagi TikTok. Dalam setahun terakhir, perusahaan telah melakukan efisiensi serupa di berbagai negara.
Pada September 2024 lalu, 300 moderator di Belanda diberhentikan. Disusul 500 pekerja di Malaysia. Aksi mogok kerja di Jerman pekan lalu juga menjadi bukti dampak dari kebijakan ini.
Ironisnya, pemangkasan ini terjadi di tengah kinerja finansial TikTok yang cemerlang. Laporan keuangan di Inggris dan Eropa menunjukkan bahwa pendapatan perusahaan melonjak 38% pada tahun 2024, mencapai $6,3 miliar.
Angka ini menunjukkan bahwa di satu sisi, bisnis TikTok terus berkembang pesat. Di sisi lain, strategi efisiensi biaya menempatkan ratusan karyawan dalam posisi yang rentan.
Keputusan ini menggambarkan dinamika modern di mana teknologi sering kali dipandang sebagai pengganti. Bukan sebagai pelengkap, bagi tenaga kerja manusia.