Produsen Baterai: Perusahaan seperti konsorsium Antam-IBC-CBL (yang menggarap pabrik di Karawang) akan jadi pemain kunci dalam rantai pasok EV, memperoleh keuntungan dari permintaan baterai yang tinggi.
Produsen Mobil Listrik Lokal: Merek seperti Wuling dan Hyundai (yang telah merakit EV secara lokal) akan diuntungkan dengan pasokan baterai yang lebih murah dan insentif pajak yang lebih besar berkat TKDN tinggi.
APM Jepang: Meskipun dominan di hybrid, pabrikan seperti Toyota menunjukkan komitmen serius dengan rencana perakitan baterai lokal. Mereka akan diuntungkan karena dapat memperkuat portofolio elektrifikasi multi-pathwa, menawarkan pilihan HEV dan BEV sesuai kebutuhan pasar.
Chery Indonesia: Sebagai APM yang agresif di segmen EV, Chery menyatakan kesiapan penuh untuk mengikuti target TKDN pemerintah. Dengan rencana peningkatan kapasitas produksi dan ekspansi ekspor, Chery melihat peluang besar di Indonesia.
3. Konsumen Indonesia:
Pilihan Kendaraan Lebih Beragam: Konsumen mendapatkan lebih banyak pilihan model mobil listrik, termasuk opsi yang semakin terjangkau.
Biaya Operasional Lebih Rendah: Meskipun harga beli awal masih tinggi, biaya operasional mobil listrik (pengisian daya) jauh lebih murah dibandingkan bahan bakar fosil.
Manfaat Lingkungan: Berkontribusi langsung pada pengurangan emisi karbon dan peningkatan kualitas udara.
Insentif Pemerintah: Meskipun masih dibahas, adanya potensi keringanan pajak dan program insentif lain untuk penggantian mobil dari ICE (Internal Combustion Engine) ke NEV (New Energy Vehicle) akan menguntungkan konsumen.
4. Industri Penunjang dan Purna Jual:
Pengembang SPKLU: Perusahaan penyedia infrastruktur pengisian daya akan terus berkembang pesat.
Penyedia Layanan Purna Jual EV: Bengkel khusus EV dan penyedia suku cadang akan menjadi sektor baru yang menjanjikan.
Industri Daur Ulang Baterai: Seiring bertambahnya jumlah EV, industri daur ulang baterai (seperti rencana peleburan di Halmahera) akan menjadi sangat penting dan menguntungkan di masa depan.