IKNPOS.ID – Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia kembali memunculkan polemik. Kali ini bukan soal performa di lapangan, melainkan perihal pemilihan tuan rumah dan pot undian dalam putaran keempat yang diumumkan oleh Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC), Jumat (11/7/2025).
Enam negara akan bersaing di fase ini, Qatar, Arab Saudi, Irak, Uni Emirat Arab (UEA), Oman, dan Indonesia.
Namun, keputusan AFC menggunakan ranking FIFA bulan Juni 2025, bukan ranking terbaru bulan Juli, menjadi sorotan tajam para pengamat, terutama karena menyangkut keuntungan dua negara besar: Qatar dan Arab Saudi.
Tuan Rumah, Tapi Rankingnya Tertinggal
Meski Qatar dan Arab Saudi bukan dua negara teratas dalam ranking FIFA Asia, keduanya ditetapkan sebagai tuan rumah fase keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Penunjukan ini menimbulkan pertanyaan serius karena bertentangan dengan performa dan ranking terbaru.
Arab Saudi, yang ikut serta dalam Piala Emas CONCACAF 2025, tampil mengecewakan dengan hasil 1 menang, 1 imbang, dan 2 kalah.
Akibatnya, perolehan poin mereka di FIFA drop dan posisi mereka dalam ranking Asia turun di bawah Irak.
Namun, AFC tetap memakai ranking bulan Juni sebagai acuan. Dalam pengumuman resmi AFC, pot undian diatur sebagai berikut:
-
Pot 1: Qatar (FIFA ranking 53), Arab Saudi (58)
-
Pot 2: Irak (59), Uni Emirat Arab (66)
-
Pot 3: Oman (79), Indonesia (118)
Padahal jika memakai ranking FIFA bulan Juli, maka Irak berhak naik ke Pot 1, menggusur Arab Saudi yang semestinya berada di Pot 2.
Pengamat Irak: “Drama Buatan AFC Sendiri”
Kritik tajam datang dari akun Iraq Football Podcast, yang secara terbuka menyebut situasi ini sebagai drama buatan AFC sendiri.
Melalui platform media sosial X (dulu Twitter), mereka membedah kejanggalan proses penunjukan tuan rumah dan sistem pot AFC:
“Beberapa waktu lalu, setelah Indonesia dan Irak mencoba mengajukan diri menjadi host putaran keempat, FIFA mengonfirmasi bahwa Qatar dan Arab Saudi yang akan jadi tuan rumah.”
“Tapi Arab Saudi gagal tampil optimal di Piala Emas dan rankingnya turun. Irak naik! Seharusnya itu mengubah posisi Pot, tapi AFC tetap pakai ranking lama.”
Lebih lanjut, Iraq Football Podcast menilai AFC seperti “menyudutkan FIFA” dan “memberi keuntungan kandang” untuk negara-negara kuat tanpa memperhatikan keadilan kompetisi.