IKNPOS.ID – Pi Network di Consensus 2025 bersiap mencuri perhatian dengan target adopsi global. Dengan panggung internasional terbuka lebar di ajang Consensus 2025, Pi Network ingin menunjukkan bahwa mereka bukan sekadar proyek kripto biasa.
Acara bergengsi di Toronto ini menghadirkan lebih dari 20.000 peserta dan menjadi momentum strategis untuk memperluas eksistensi. Pendiri Pi, Nicolas Kokkalis, dijadwalkan hadir langsung—sebuah momen langka yang dinantikan komunitas global.
Ekspektasi publik tak main-main. Banyak pihak menyoroti pentingnya Pi Network menyelesaikan dua tugas krusial sebelum event ini: menyetujui proses Know Your Business (KYB) dan meluncurkan DApps di mainnet. Kedua hal ini menjadi penentu kredibilitas ekosistem dalam jangka panjang. Tanpa KYB yang rampung, mitra bisnis akan terus ragu. Dan tanpa DApps yang berjalan nyata, platform tak punya nilai pakai riil.
Pi Network di Consensus 2025, Penting Lakukan Ini
Desakan makin kuat datang dari analis dan komunitas, termasuk dari tokoh kripto yang populer, agar tim inti Pi segera menyelesaikan proses KYB sebelum konferensi berlangsung. Persetujuan KYB akan membuka jalan bagi bisnis yang ingin aktif dalam platform Pi—yang saat ini masih tertahan karena birokrasi internal.
Sementara itu, kegagalan menyuguhkan DApps konkret bisa menjadi pukulan balik. Kasus seperti Pidaoswap yang akhirnya memilih pindah ke BNB Chain menunjukkan bahwa Pi masih tertinggal dalam kesiapan teknis. Dengan meluncurkan DApps yang fungsional sebelum atau saat konferensi, Pi bisa membuktikan bahwa ekosistemnya siap bersaing di level global dan mendukung inovasi desentralisasi secara nyata.
Kesempatan Emas yang Tak Boleh Terlewatkan
Harga Pi Coin saat ini berada di kisaran $0,64, dan analis memperkirakan potensi lonjakan jika kepercayaan institusi mulai terbangun. Presentasi Nicolas Kokkalis bisa menjadi pemicu awal. Namun semuanya akan bergantung pada langkah konkret tim Pi Network dalam merespons kritik dan harapan komunitas.
Jika momen ini disia-siakan, keraguan pasar bisa semakin dalam—terutama setelah insiden dengan Banxa yang mengganggu sentimen investor.