Untuk tahun pertama, Sekolah Rakyat itu dibangun di 55 kabupaten. Inilah sekolah yang berada di bawah Kemensos. Rupanya ada pemikiran baru: begitu besar anggaran pengentasan kemiskinan. Tapi angka kemiskinan masih naik.
“Sudah terbukti di seluruh dunia, pengentasan kemiskinan paling efektif adalah lewat pendidikan,” ujar Pak Nuh.
Maka syarat masuk ke Sekolah Rakyat nanti hanya satu: miskin. Kalau pendaftarnya melebihi daya tampung sekolah, yang terpilih adalah yang paling miskin.
“Bagaimana kalau yang miskin itu ternyata bodoh? Nilai lulus SMP-nya jelek?”
“Yang penting masih punya niat sekolah,” ujar Pak Nuh.
“Bagaimana kalau lulusan SMP itu miskin, bodoh, tidak punya niat sekolah, dan malas?”
“Wah, kalau itu urusan Pak DI,” selorohnya.
Penerimaan siswa Sekolah Rakyat itu segera dibuka. Yakni untuk tahun ajaran mulai 1 Juli 2025. Rekrutmen gurunya juga segera dilakukan.
Untuk bangunan sekolah dan asramanya akan dibangun oleh Kementerian Pekerjaan Umum.
“Saya sudah lapor Gus Ipul. Kemensos dan program ini jangan mengurus pembangunan fisik. Nanti dikira mencari proyek,” ujar Pak Nuh. “Biarlah pembangunan fisiknya diurus PU,” tambahnya.
Untuk sementara, bangunan fisiknya menggunakan apa saja yang ada. Dinas-dinas sosial sendiri umumnya punya fasilitas asrama untuk penyantunan orang miskin. Itu yang dipakai dulu.
Satu SMA Sekolah Rakyat akan menampung 1.000 siswa. Untuk tiga kelas. Berarti penerimaan siswa di tahun pertama ini sekitar 350 orang.
Sedang bangunan barunya kelak milik bersama pemerintah pusat dan daerah. Daerah yang menyediakan lahannya. PU pusat membangunnya. Kemensos menanggung biaya operasional sekolahnya.
Kalau pun ada yang disesalkan dari program ini hanyalah satu: kenapa baru dilaksanakan sekarang. Ketika negara sedang kesulitan keuangan.
Kadang dalam keadaan tidak punya uang justru punya keinginan yang besar. Sedang ketika punya uang lebih sibuk berpikir untuk apa uang yang banyak itu. (Dahlan Iskan)