IKNPOS.ID – Masyarakat Kalimantan Timur (Kaltim) diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit leptospirosis, terutama pada musim penghujan seperti saat ini. Imbauan ini dikeluarkan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim.
“Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira ini dapat ditularkan melalui urine atau kencing tikus yang terinfeksi,” kata Kepala Dinkes Kaltim, Jaya Mualimin, Jumat, 17 Januari 2025.
Ia menjelaskan bakteri Leptospira dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui kulit yang lecet atau selaput lendir saat berkontak dengan air, tanah, atau lumpur yang terkontaminasi urine tikus.
“Masyarakat perlu waspada karena pada musim hujan risiko penularan leptospirosis meningkat. Genangan air menjadi tempat berkembang biaknya tikus dan meningkatkan potensi penyebaran bakteri Leptospira,” jelas Jaya.
Ia menambahkan, gejala leptospirosis seringkali mirip dengan penyakit lain seperti demam berdarah atau influenza, sehingga masyarakat perlu mengenali gejala spesifik leptospirosis agar dapat segera mendapatkan penanganan medis.
Beberapa gejala yang perlu diwaspadai antara lain demam tinggi mendadak di atas 38 derajat Celcius, sakit kepala hebat, nyeri otot terutama di betis, mata merah, lemas, dan kulit serta mata menguning (ikterus).
“Gejala-gejala tersebut dapat muncul antara dua hingga 30 hari setelah terpapar bakteri. Leptospirosis dapat menyebabkan komplikasi serius seperti kerusakan ginjal, hati, dan bahkan kematian jika tidak ditangani dengan tepat,” jelas Jaya.
Lebih lanjut Jaya mengungkapkan beberapa kelompok masyarakat yang memiliki risiko lebih tinggi terinfeksi leptospirosis, antara lain petani, peternak, pekerja kebersihan, dan orang yang sering beraktivitas di lingkungan basah atau tergenang air.
Untuk mencegah penularan leptospirosis, Dinkes Kaltim mengimbau masyarakat untuk melakukan beberapa langkah pencegahan. Masyarakat diminta untuk menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan dan sepatu boot saat bekerja di lingkungan yang berpotensi terkontaminasi urine tikus.