Industri Baja Indonesia Siap Hadapi 2025: Peluang dan Tantangan yang Menghampiri

PT NS BlueScope Indonesia menilai sektor baja Indonesia akan tetap berkembang meski menghadapi tantangan kelebihan kapasitas global

Ilustrasi industri baja (Dok. Pexels)

fin.co.id – PT NS BlueScope Indonesia menyadari tantangan besar yang dihadapi industri baja pada 2025. Meski demikian, sektor baja Indonesia diyakini tetap berkembang.

Sektor konstruksi yang terus menggeliat menjadi pendorong utama permintaan baja berkualitas tinggi untuk berbagai proyek infrastruktur.

“Kami berkomitmen untuk mendukung pembangunan infrastruktur dalam negeri dengan menyediakan baja berkualitas tinggi yang sesuai dengan kebutuhan proyek-proyek strategis,” kata Wakil Presiden Sales dan Marketing PT NS BlueScope Indonesia Irfan Fauzie

Tantangan Kelebihan Kapasitas Global dan Persaingan Baja Impor

Industri baja global menghadapi kelebihan kapasitas produksi yang besar. Data dari Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA) menunjukkan kelebihan kapasitas mencapai 632 juta ton pada 2022, dan diperkirakan bertambah 158 juta ton pada 2024-2026.

Hal ini menyebabkan ekspor baja dari Tiongkok meningkat tajam, memicu persaingan ketat di pasar global, termasuk Indonesia.

Harga baja impor yang lebih murah menambah kesulitan bagi produsen baja lokal, namun ini juga membuka peluang bagi industri dalam negeri untuk meningkatkan daya saing.

Kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu: Dorongan untuk Daya Saing

Pemerintah Indonesia memperpanjang Kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) untuk mendukung sektor baja.

Kebijakan ini memungkinkan produsen baja dalam negeri memperoleh pasokan energi yang lebih terjangkau, sehingga biaya produksi dapat ditekan.

Hal ini akan memperkuat daya saing baja Indonesia, baik di pasar domestik maupun global.

Produk Baja Khusus Menjadi Pilar Masa Depan

Fokus industri baja Indonesia kini beralih ke produk baja khusus dengan nilai tambah yang lebih tinggi, seperti baja untuk kereta api dan baja elektrik.

BlueScope Indonesia telah mengembangkan produk-produk tersebut untuk mendukung proyek-proyek besar, dari konstruksi gedung hingga infrastruktur transportasi.

Produk baja khusus ini berpotensi besar untuk pasar ekspor, selain memenuhi kebutuhan domestik.

Proteksionisme Global dan Kebijakan Trade Remedies

Negara besar seperti AS, India, dan Uni Eropa mulai memberlakukan kebijakan proteksionisme untuk melindungi industri baja domestik.

Ini mengharuskan Indonesia untuk menerapkan kebijakan serupa, seperti tarif anti dumping dan pengawasan produk baja impor.

Kebijakan ini penting untuk memastikan pasar baja domestik tetap sehat dan dapat bersaing secara adil.

Peningkatan Pengawasan dan Standar Baja Impor

Peningkatan pengawasan terhadap baja impor menjadi langkah penting untuk menjaga kualitas produk di pasar.

Indonesia perlu memperketat Standar Nasional Indonesia (SNI) agar hanya baja berkualitas tinggi yang masuk pasar.

Hal ini juga dapat melindungi industri baja lokal dari produk baja murah yang tidak memenuhi standar.

Optimisme Menghadapi 2025

Meskipun banyak tantangan yang harus dihadapi, pelaku industri baja Indonesia tetap optimistis.

Dengan adanya kebijakan yang mendukung dan potensi produk baja khusus, sektor baja Indonesia diperkirakan akan semakin menguat pada 2025, seiring dengan berkembangnya sektor konstruksi.

BlueScope Indonesia siap mendukung pasar dengan produk baja berkualitas tinggi yang sesuai dengan kebutuhan proyek konstruksi strategis.

“Kami siap mendukung pasar dengan produk baja yang memenuhi kebutuhan konstruksi yang spesifik dan berkualitas tinggi, serta siap bersaing di pasar global,” ujar Irfan.

Dengan strategi adaptasi dan inovasi, industri baja Indonesia optimistis dapat bersaing di pasar global. (*)

Exit mobile version