IKNPOS.ID – Di tengah kian memudarnya penggunaan bahasa daerah di Kalimantan Timur (Kaltim), Balai Bahasa Kaltim menjadikan anak-anak usia SD dan SMP sebagai garda terdepan dalam upaya penyelamatan bahasa daerah.
Menyikapi krisis tersebut, Balai Bahasa Kaltim menggelar program Revitalisasi Bahasa Daerah (RBD) yang kini telah memasuki tahun keempat pelaksanaannya.
“Keengganan generasi sebelumnya itu mewariskan (bahasa daerah) ke generasi berikutnya, termasuk sikap antusias terhadap bahasa daerah juga yang kurang bagus,” kata Kepala Balai Bahasa Provinsi Kaltim, Asep Juanda, Selasa, 21 Oktober 2025.
Menurutnya, sikap tersebut berkontribusi langsung pada kondisi bahasa daerah yang mengalami kemunduran, rentan, hingga terancam punah.
Ciptakan Ekosistem Baru Pembelajaran Bahasa Ibu
Program Revitalisasi Bahasa Daerah menciptakan ekosistem baru pembelajaran bahasa ibu melalui jalur sekolah. Mekanismenya dimulai dengan melatih para ‘Guru Utama’ yang kemudian wajib melakukan pengimbasan atau menularkan ilmunya kepada guru-guru sejawat di daerah masing-masing.
“Fokus utamanya adalah melatih siswa-siswi SD dan SMP agar aktif dan terampil menggunakan bahasa daerah dalam berbagai bentuk kreativitas,” ucap Asep.
Ancaman ini sejalan dengan klaim UNESCO pada 2018 yang menyebut bahwa setiap dua minggu, satu bahasa daerah di dunia dinyatakan punah. Di Indonesia, dari 718 bahasa daerah yang terdata, banyak yang berstatus kritis dan terancam punah, terutama di kawasan Indonesia bagian timur.
Pemprov Kaltim Gelar Festival Tunas Bahasa Ibu
Puncak dari program ini adalah Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI), sebuah ajang kompetisi berjenjang dari tingkat kabupaten/kota hingga provinsi.
Materi yang dilombakan pun dibuat menarik bagi generasi muda, meliputi pidato, mendongeng, menulis cerpen, menyanyi, tembang, hingga komedi tunggal (stand-up comedy) yang seluruhnya menggunakan bahasa daerah.
“Di Kaltim, yang direvitalisasi untuk sekarang ini baru tiga bahasa daerah, yaitu bahasa Kutai, Paser, dan Melayu Kutai,” tambahnya.