Oleh: Dahlan Iskan
Sepulang dari Pulau Moyo Lebaran lalu itu saya hampir tiap hari ke dekat Pacet, kaki gunung Penanggungan. Sendirian. Pakai mobil listrik. Kang Sahidin masih KLebaran di Sukabumi Selatan.
Agar perjalanan wira-wiri itu lebih bermanfaat, saya ingin berlomba dengan diri saya sendiri: ingin mencapai rekor penghematan pemakaian baterai mobil listrik. Hari berikutnya harus lebih hemat dari hari sebelumnya. Dari hari ke hari bersaing. Dengan diri sendiri.
Toh hari-hari itu lalu-lintas sepi. Tidak ada truk di jalan raya. Santai. Mobil bisa sepenuhnya dalam kendali manusia yang mengemudikannya. Apalagi hari-hari itu saya tidak dalam keadaan terburu-buru.
Separo jalan Surabaya-Pacet itu datar. Sekitar 30 km. Setelah itu sedikit menanjak, 20 km. Total 50 km. Itu kalau tidak lewat jalan tol.
Pada hari-hari normal saya selalu lewat jalan tol. Dari Surabaya. Exit-nya Mojokerto. Lalu lewat bypass sebelum lewat jalan kabupaten. Jaraknya 15 km lebih jauh tapi bisa lebih cepat. Itu karena tidak perlu melewati daerah padat industri di Mojosari. Terlalu banyak truk di kawasan itu.
Di hari keenam saya mencapai rekor: hanya menghabiskan 6 persen baterai –dari full 465 km. Itu saat turun dari Pacet ke Surabaya.
Rekor berangkatnya: 9 persen. Memang begitu. Berangkat lebih boros dari pulang. Berangkatnya menanjak, pulangnya menurun.
Kunci penghematan terbesar adalah: cara kaki menginjak pedal ”gas”. Semakin sedikit menekan pedal gas itu semakin hemat. Semakin halus dalam menambah kecepatan juga semakin hemat.
Saya semakin tahu diri: gaya menyetir saya harus berubah. Tidak boleh ”kasar”. Tidak boleh lakukan kejut-kejut dalam menambah kecepatan. Tidak boleh melakukan gerakan menyalip secara spontan.
Kian saya memperhatikan itu kian hemat pemakaian listriknya.
Sebenarnya saya tidak perlu memikirkan itu. Waini tidak perlu ada kekhawatiran kehabisan listrik. Di rumah saya ada instalasi charging. Di gubuk dekat Pacet itu juga ada. Bahkan waini di setiap rest area sudah ada colokan mobil listrik. Dari PLN. Atau dari Astra. Kadang ada dua-duanya. Beda dengan dulu.