IKNPOS.ID – Puluhan pekerja di kawasan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara terpaksa istirahat akibat terjangkit demam berdarah dengue (DBD) yang mengalami peningkatan signifikan dalam beberapa bulan terakhir.
Pada Jumat 1 November 2024, data dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sepaku melaporkan bahwa empat pasien DBD telah dinyatakan sembuh dan keluar dari rumah sakit.
Namun, di hari yang sama, sepuluh pasien baru dengan gejala DBD harus menjalani rawat inap.
Data terbaru Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), lokasi pembangunan IKN, menempati urutan kedua nasional dengan tingkat insiden DBD tertinggi setelah Kabupaten Gianyar, Bali.
Per 18 Oktober 2024, tingkat insiden (IR) di PPU mencapai 729,4 per 100.000 penduduk, hanya di bawah Gianyar dengan IR sebesar 767,8.
DBD Menyebar di Kalangan Pekerja dan Masyarakat Lokal
Kepala Bagian Pelayanan Penunjang RSUD Sepaku, Muhamad Rumadi, menjelaskan bahwa kasus DBD di Sepaku sebagian besar menjangkiti para pekerja proyek IKN, di samping masyarakat lokal.
Dari total pasien DBD yang dirawat, sekitar 76% merupakan pekerja IKN, sedangkan 24% sisanya adalah warga setempat.
“Rata-rata pasien yang terjangkit adalah pekerja IKN, yang kebanyakan berasal dari luar daerah. Karena lokasi RSUD Sepaku adalah rumah sakit terdekat, banyak perusahaan dan proyek yang mengirim pekerja mereka ke sini untuk berobat,” ujar Rumadi.
Data Kunjungan Pasien DBD Terus Fluktuatif
Menurut Rumadi, sepanjang 2024 jumlah kasus DBD di RSUD Sepaku mengalami peningkatan terutama di musim kemarau. Mulai dari 11 pasien di Januari, kasus bertambah pada Februari hingga Oktober.
Jumlah kasus DBD sempat memuncak pada Agustus dengan 170 pasien. Namun, pada Oktober, angka tersebut menurun menjadi 93 pasien.
“Di Oktober ini memang ada penurunan dari sebelumnya 170 menjadi 93 kasus DBD. Pasien yang dirawat umumnya membutuhkan waktu perawatan 3-5 hari,” tambah Rumadi.
Prosedur Penanganan dan Pemeriksaan di RSUD Sepaku
Rumadi juga menjelaskan bahwa RSUD Sepaku memiliki protokol ketat dalam menangani pasien DBD. Para pasien menjalani beberapa pemeriksaan, mulai dari pengecekan suhu tubuh hingga tes darah di laboratorium.
“Kami memantau kondisi pasien dan melakukan tes laboratorium. Jika hasilnya positif dan kondisinya cukup lemah, pasien akan kami rawat inap.
Jika membutuhkan penanganan lebih lanjut seperti transfusi darah, pasien bisa dirujuk. Namun, kebanyakan kasus kami tangani langsung di RSUD Sepaku,” ungkapnya.
Langkah Antisipasi Pemerintah
Kementerian Kesehatan serta instansi terkait diharapkan dapat memperkuat langkah preventif dan edukasi di kawasan IKN untuk mencegah penyebaran DBD lebih lanjut.
Peran aktif dalam pengendalian lingkungan, seperti mengurangi genangan air dan menjaga kebersihan di sekitar proyek, menjadi penting untuk menekan angka penyebaran demam berdarah di wilayah Penajam Paser Utara.