Ira pun menemukan ketenangan lewat buku itu. Dia menempatkan diri sebagai orang yang lagi terkena fitnah. Dia bisa mendalami makna fitnah itu sendiri.
“Di buku itu dijelaskan bahwa fitnah berasal dari bahasa Arab: fatana. Artinya semacam dimurnikan,” ujar Ira.
Maka selama di tahanan Ira merasa dirinya sedang dalam proses pemurnian diri. Tentu orang yang terkena fitnah akan mengalami gejolak jiwa.
Kian besar fitnah itu kian tinggi gejolak itu. Bisa sangat destruktif. Tapi bisa juga menjadikan jiwa menjadi murni. Tergantung pada sikap dalam menghadapi fitnah itu.
Helwa tinggal di California. Dia suka mendaki gunung, masuk hutan dan tinggal di gurun. Sedang Elif Shafak tinggal di Inggris.
Ira orang Sunda yang lahir yatim di Malang. Pendidikan di SMAN 1 Sidoarjo, lantas ke fakultas peternakan di Universitas Brawijaya. Doktornya dari Universitas Indonesia. Disertasinya tentang kepemimpinan di sosiopreneur. Penelitiannya di 600 koperasi di seluruh Jawa.
“Apa kesimpulan disertasi Anda?”
“Untuk melakukan sosiopreneur harus berhasil menjadi entrepreneur dulu. Bukan sebaliknya,” ujar Ira. Dia pun membuat jurnal ilmiah soal itu. Lalu dia merasa bangga karena berhasil masuk dalam scopus liga satu.
Sebagai orang yang dulu sering keliling dunia –saat dia jadi direktur di perusahaan Amerika– Ira tentu sudah terbiasa mengatasi jetlag. Terbang jauh dengan pesawat jet ke wilayah-wilayah beda waktu memang bisa limbung –disebut jetlag. Ada yang berminggu-minggu masih mau tidur di siang hari. Ada juga yang hanya satu dua hari.
Tentu Ira sudah tahu cara terbaik mengatasi jetlag. Jangan lama-lama menuruti keinginan terus tergolek di tempat tidur. Cara mengatasi jetlag terbaik adalah: move on. Langsung bekerja dengan tekanan target yang tinggi! (Dahlan Iskan)



