“Pertamina siap mendukung berbagai inisiatif pemerintah dalam menanggulangi perubahan iklim, termasuk dengan peningkatan kapasitas produksi SAF sesuai mandatori yang ditetapkan,” jelas Agung.
Ke depan, SAF berbasis jelantah ini berpotensi sebagai energi alternatif yang strategis buat Indonesia. Hal itu seiring mitigasi aksi iklim sesuai Nationally Determined Contribution (NDC) kedua, yakni komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim, yang menempatkan biofuel termasuk SAF, sebagai strategi Indonesia menggapai target penurunan emisi karbon.
Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Muhammad Baron di tempat terpisah mengungkapkan, produksi SAF Pertamina tak hanya berdampak positif bagi lingkungan dan ekonomi sirkular, namun juga mendukung Pemerintah dalam menaati peraturan lembaga penerbangan internasional CORSIA (Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation) yang mewajibkan penggunaan bahan bakar penerbangan berkelanjutan.
“SAF menjadi bahan bakar aviasi di masa depan, sebagai salah satu cara maskapai memenuhi target pengurangan emisi CO2 global. Karena itu, Pertamina telah melakukan berbagai upaya untuk menghasilkan bahan bakar berkualitas SAF, sehingga dapat memberi kemudahan bagi maskapai dalam memenuhi kebutuhannya,” jelas Baron.
Pertamina sebagai perusahaan pemimpin di bidang transisi energi, berkomitmen dalam mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDGs). Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina.(*)



















