IKNPOS.ID – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memperingatkan bahwa kembalinya ke “lingkungan genosida” di Gaza akan menimbulkan “biaya yang sangat besar”. Ia juga menyambut baik perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas.
Sebelumnya, sebuah perjanjian gencatan senjata dicapai antara Israel dan Hamas pada Kamis, 9 Oktober 2025 dini hari di Sharm el-Sheikh, Mesir.
Perjanjian ini disusun berdasarkan rencana 20 poin yang diajukan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Tahap pertama dari rencana tersebut mencakup gencatan senjata segera, pembebasan sandera dan tahanan, penarikan Israel ke garis yang disepakati di Gaza, dan pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza, beserta dukungan internasional untuk rekonstruksi.
Berbicara pada upacara peresmian fasilitas dan proyek baru di provinsi Rize di Laut Hitam, Erdogan mengatakan, Turki telah melakukan — dan akan terus melakukan — segala yang mungkin untuk membantu memulihkan perdamaian, keamanan, dan stabilitas di Gaza “sesegera mungkin.”
Merujuk pada kesepakatan gencatan senjata, Erdogan menekankan bahwa “yang terpenting saat ini adalah memastikan bahwa perjanjian tersebut diimplementasikan dengan saksama”.
Ia juga menegaskan, Turki akan berkontribusi secara aktif dalam proses tersebut.
“Wilayah kami, khususnya Gaza, telah cukup menderita pertumpahan darah, pembantaian, dan air mata. Perdamaian harus diberi kesempatan, dan semua tindakan sabotase harus dihindari,” tandas Erdogan, Jumat, 10 Oktober 2025
Erdogan menggambarkan perjanjian tersebut sebagai “langkah besar” menuju perdamaian abadi meskipun ada tantangan di depan. “Pintu menuju perdamaian abadi di Gaza telah dibuka,” ujarnya. “Kami katakan — tidak ada lagi pertumpahan darah.”
Utusan AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, mengumumkan bahwa periode 72 jam bagi Hamas untuk membebaskan tawanan Israel di Gaza telah dimulai, menyusul kesepakatan gencatan senjata.
Komisi Pusat (CENTCOM) mengonfirmasi bahwa tentara Israel telah menyelesaikan penarikan tahap pertama ke garis kuning.