IKNPOS.ID – Gencatan senjata Israel-Hamas dan 20 poin rencana perdamaian Gaza gagasan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump merupakan langkah awal yang baik, tetapi meninggalkan pertanyaan-pertanyaan kunci yang belum terjawab.
“Kondisi ini membuka pintu bagi potensi dimulainya kembali pertempuran,” ujar Joseph Helou, asisten profesor sekaligus spesialis tata kelola dan hubungan internasional di Lebanese American University, kepada Sputnik, dikutip Jumat, 10 Oktober 2025.
Menurut Helou, rencana perdamaian ini memiliki masalah pada detailnya. Ia merujuk pada poin yang mewajibkan Hamas untuk “menonaktifkan senjata mereka” dalam perjalanan menuju “koeksistensi damai” dan kemungkinan penentuan nasib sendiri serta kenegaraan Palestina.
Situasi ini menggemakan tuntutan pelucutan senjata Hizbullah di Lebanon. “Jika mereka menyerahkan senjata, apakah mereka benar-benar gerakan perlawanan lagi? Apalah arti gerakan perlawanan tanpa senjata?” kata Helou.
Ia juga mengaku tidak “melihat gerakan-gerakan ini diabaikan”, terutama karena anak-anak muda Gaza yang menyaksikan pembunuhan kerabat mereka oleh Israel selama dua tahun terakhir tumbuh dewasa dan menginginkan pembalasan.
“Dengan Hamas, kekhawatirannya adalah ini akan menjadi Lebanon Selatan lainnya, yaitu pada fase kedua. Ketika kita beralih ke pembahasan senjata Hamas, Hamas menolak untuk menyerah, atau mengatakan akan menyerahkannya sebagai bagian dari perjanjian jangka panjang, yaitu solusi dua negara,” paparnya.
“Lalu Israel menolak dan berkata, ‘Oke, kita bisa kembali berperang atau menegakkan ini dengan cara kita sendiri, artinya kapan saja kita bisa menargetkan pejabat, pemimpin, atau politisi Hamas’. Hal itu akan membuat Gaza rentan terhadap kerentanan keamanan yang sama seperti yang dihadapi Lebanon Selatan saat ini,” jelas akademisi tersebut.
Secara keseluruhan, Helou melihat rencana perdamaian Trump “aspiratif” dalam bahasa dan tujuannya, tetapi tidak mengandung “jalur kelembagaan menuju penyelesaian permanen.”
Hal itu, ditambah dengan kurangnya detail tentang berapa banyak tujuan yang harus dicapai, masih banyak yang perlu diperbaiki.