Selain untuk memetakan lokasi penamaan, kunjungan ini juga memastikan kesiapan infrastruktur dasar yang menjadi penopang kehidupan masyarakat di Nusantara.
Rokhis menanggapi, riset sumber daya air yang dilakukan BRIN sebelumnya masih berbasis citra satelit, sehingga diperlukan observasi langsung di lapangan agar hasil kajian lebih akurat.
“Terkait hasil riset sebelumnya mengenai sumber daya air, sejauh ini informasinya masih berdasarkan citra satelit dan belum melalui kegiatan lapangan. Dengan kata lain, riset itu masih awal, maka kami perlu konfirmasi lebih dulu. Maka, dengan adanya tambahan data yang dilakukan BRIN di IKN ini akan memperkuat hasil riset, sebelumnya,” ujarnya.
Lebih lanjut, peneliti yang berfokus pada bidang teknologi penginderaan jauh dan geomatika tersebut menyampaikan,
“jadi, prinsipnya garbage in, garbage out, artinya kalau kita melakukan sebuah riset, apabila data risetnya sampah, hasilnya juga akan sampah,” imbuhnya
“Karena itu, dengan hadirnya para periset tersebut langsung ke lapangan, harapannya dapat melihat bagaimana kondisi existing (sebenarnya) yang ada di IKN. Alhasil, kita akan mendapatkan data yang baik dengan hasil riset yang memiliki kualitas,” sambungnya.
Rokhis turut mengapresiasi keberfungsian embung-embung yang ada di IKN, baik sebagai penampung air sekaligus penunjang kawasan perekonomian Nusantara, termasuk melalui penanaman kopi liberika di DAS Sanggai.
“Danau ini menjadi penting bagi ekonomi hijau, yang mana di sekelilingnya ternyata sudah ditanami oleh tanaman kopi liberika.
Terlebih lagi, saya mendengar sudah ada 54 embung yang dibangun di IKN, yang nantinya juga akan memenuhi kebutuhan air baku bagi kehidupan sehari-hari masyarakat Nusantara,” ungkap Rokhis.
Pertemuan ini menandai awal sinergi strategis antara Otorita IKN dan BRIN dalam menghadirkan basis data ilmiah yang kuat bagi pembangunan Nusantara, tidak hanya sebagai kota pemerintahan, tetapi juga sebagai pusat riset, inovasi, dan peradaban baru Indonesia.






















