Dari Alam untuk Alam: Wadah Makanan dari Pelepah Pinang
IKNPOS.ID – Indonesia menghasilkan lebih dari 60 juta ton sampah setiap tahun, dan sebagian besar berasal dari plastik yang sulit terurai. Melihat kondisi tersebut, para peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berupaya menghadirkan solusi berkelanjutan lewat inovasi kemasan ramah lingkungan berbahan dasar pelepah pinang.
Wadah makanan berbasis pelepah pinang ini dikembangkan menggunakan serat alami lignoselulosa, yang tersusun atas selulosa, hemiselulosa, lignin, dan zat ekstraktif. Struktur alami tersebut diperkuat dengan kitosan, yaitu senyawa yang diekstraksi dari limbah laut seperti udang dan tulang ikan.
Menariknya, serat alami tidak hanya bisa diperoleh dari pelepah pinang, tetapi juga dari pelepah pisang, serat nanas, batang jagung, dan kulit jagung. Potensi pemanfaatan limbah pertanian ini sangat besar untuk mendukung ekonomi hijau dan mengurangi ketergantungan pada plastik sekali pakai.
Keunggulan Wadah Makanan dari Pelepah Pinang
Menurut BRIN, produk ini memiliki sejumlah keunggulan, antara lain:
- Aman dan tidak menyebabkan migrasi bahan kimia ke makanan.
- Ramah lingkungan, dapat terurai alami dalam waktu sekitar satu minggu.
- Murah, karena bahan baku berasal dari limbah pertanian.
- Mendukung ekonomi berkelanjutan dengan memberdayakan petani lokal.
- Cocok untuk produk makanan kering dan kemasan sekali pakai.
Sudah Diproduksi dan Dipasarkan
Inovasi ini tidak hanya berhenti di tahap riset. BRIN bekerja sama dengan PT Jentera Garda Futura untuk memproduksi wadah makanan berbasis pelepah pinang secara massal. Produk ramah lingkungan ini kini sudah dipasarkan secara online di wilayah Jakarta, Bandung, dan Bali.
Kerja sama tersebut menunjukkan langkah nyata antara lembaga penelitian dan industri dalam mempercepat transisi menuju ekonomi sirkular di Indonesia.
Inovasi Berlanjut ke Pelepah Pisang
Selain pelepah pinang, tim periset Pusat Riset Biomassa dan Bioproduksi BRIN juga tengah mengembangkan wadah makanan dari pelepah pisang sebagai alternatif baru. Namun, riset ini masih menghadapi tantangan.