IKNPOS.ID – PT Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) tengah menyiapkan konsolidasi besar-besaran untuk memangkas jumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Dari 1.046 perusahaan pelat merah yang ada saat ini, hanya sekitar 228 BUMN yang akan bertahan setelah proses restrukturisasi selesai.
Langkah ini bukan hanya soal efisiensi, tetapi juga untuk membangun ekosistem bisnis yang lebih ramping, sehat, dan berdaya saing global.
Menurut Chief Operating Officer (COO) Danantara, Dony Oskaria, konsolidasi akan menyasar berbagai sektor strategis: konstruksi, pupuk, rumah sakit, hotel, gula, energi, asuransi, manajemen aset, hingga kawasan industri.
“Dengan berkurangnya jumlah anak usaha BUMN, terbuka peluang besar bagi UMKM untuk menjadi mitra pemasok Danantara. Misalnya kebutuhan amenities di 130 hotel dan 80 rumah sakit yang kami kelola, ke depan akan dipasok UMKM, bukan lagi dari internal perusahaan,” jelas Dony dalam acara Pesta Rakyat untuk Indonesia 2025 di Smesco Jakarta, dikutip pada Sabtu 23 Agustus 2025.
Selain akses pasar, Danantara juga menyiapkan pembiayaan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) serta pembinaan lewat program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) BUMN. Harapannya, UMKM tidak hanya menjadi pemasok, tetapi juga tumbuh dan naik kelas.
Dukungan Penuh dari Komisi VI DPR RI
Sebelumnya pemangkasan BUMN juga mendapat dukungan penuh dari Komisi VI DPR RI. Anggota DPR, Rivqy Abdul Halim (Gus Rivqy) menegaskan, pemangkasan jumlah BUMN adalah langkah penting untuk memperbaiki tata kelola perusahaan pelat merah.
“Buat apa jumlah BUMN banyak, tapi justru merugikan negara. Lebih baik sedikit tapi kuat, efisien, dan memberi keuntungan nyata untuk rakyat,” tegasnya, di Jakarta, pada Selasa 19 Agustus 2025.
Restrukturisasi ini diharapkan membuat BUMN lebih profesional, fokus pada bisnis inti, serta benar-benar menjadi lokomotif pembangunan ekonomi nasional.
Dengan konsolidasi ini, Danantara ingin memastikan keberadaan BUMN tidak hanya efisien, tetapi juga memberikan ruang besar bagi UMKM sebagai tulang punggung ekonomi Indonesia.