IKNPOS.ID – Di tengah gegap gempita adopsi Web3 dan antusiasme terhadap peluncuran Open Mainnet pada 2026, komunitas Pi Network masih dihadapkan pada satu dilema besar: nilai sebenarnya dari Pi Coin.
Meski tidak diakui oleh tim inti, sebagian besar komunitas masih mempertahankan nilai Global Consensus Value (GCV) sebesar $314.159 per Pi. Nilai ini terus digunakan dalam barter tertutup dan transaksi komunitas — tanpa dasar ekonomi riil yang valid.
Namun, apakah mempertahankan mimpi harga ratusan ribu dolar tanpa likuiditas dan tanpa mekanisme pasar adalah pilihan rasional?
GCV: Mitos Kolektif yang Tak Bertahan Logika Ekonomi
Pengamat dan analis Web3 @Mahidhar_Crypto mengajak komunitas untuk berpikir jernih. Ia menyebut GCV sebagai “ilusi kolektif” — angka simbolik yang tidak mencerminkan nilai transaksi nyata.
Sebagai ilustrasi, jika 1 Pi benar-benar senilai $314.159, maka 10 Pi (yang kerap digunakan sebagai harga domain atau layanan kecil) berarti setara lebih dari $3 juta. Ini jelas tidak sesuai dengan nilai pasar barang dan jasa di dunia nyata. Bahkan integrasi layanan AI di Pi Browser yang hanya mematok 0.5–1 Pi, jika dikalkulasi menggunakan GCV, bisa menyentuh nilai ratusan ribu dolar — tak masuk akal secara finansial global.
Reward Mining vs Realisme Pasar
Penambang aktif saat ini rata-rata hanya mengumpulkan 1–2 Pi per bulan. Bila GCV dijadikan patokan, maka seorang pengguna bisa “menghasilkan” lebih dari $600.000 sebulan hanya dari klik harian. Ini membentur logika ekonomi paling dasar: tidak ada sistem insentif berkelanjutan yang bisa memberi reward setinggi itu tanpa sumber daya atau pendanaan jelas.
Jika GCV Benar, Mengapa Pasar Global Diam?
Argumen bahwa harga ekosistem bisa berbeda dari harga pasar terbuka tak bertahan lama. Dalam kondisi arbitrase bebas, siapa pun bisa membeli Pi murah (misalnya dari bursa terdesentralisasi) lalu menukarnya di ekosistem GCV untuk mendapatkan barang mewah. Hasil akhirnya: kolapsnya stabilitas nilai internal dan hilangnya kepercayaan pasar.