IKNPOS.ID – Rabu pagi itu, 4 Juni 2025, halaman dua masjid di wilayah Ibu Kota Nusantara (IKN) terasa berbeda. Bukan karena kemegahan arsitektur atau jumlah jemaah yang membludak, melainkan karena kehadiran dua ekor sapi kurban. Masing-masing berdiri kokoh di pelataran Masjid Nurul Muttaqin di kawasan Bumi Harapan dan Masjid Miftahul Firdaus di Kelurahan Pamaluan. Keduanya adalah kiriman langsung dari Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto.
Dalam suasana Iduladha 1446 Hijriah yang penuh khidmat itu, hadiah sederhana ini menjadi tanda yang tak biasa: negara hadir, dan perhatian itu terasa sampai ke akar rumput di tanah yang tengah tumbuh sebagai simbol masa depan Indonesia.
Satu Tindakan, Seribu Makna
Penyerahan sapi kurban itu diwakili langsung oleh Kepala Otorita IKN, Basuki Hadimuljono. Dalam sambutannya, ia berkata dengan sederhana, “Saya menunaikan tugas dari Bapak Presiden untuk menyerahkan bantuan sapi beliau. Mohon dapat diterima dengan baik untuk ibadah kurban.”
Namun bagi warga setempat, makna dari peristiwa ini melampaui sekadar amanah. Bagi panitia kurban dan masyarakat yang hadir, perhatian tersebut menghadirkan rasa hangat—bahwa pembangunan IKN bukan hanya tentang infrastruktur dan gedung-gedung tinggi, tetapi juga menyentuh sisi spiritual dan sosial masyarakat.
“Alhamdulillah, kami sangat bersyukur. Ini bukan cuma tentang daging kurban, tapi tentang kepedulian,” ujar seorang panitia Masjid Nurul Muttaqin yang mengelola proses pemotongan dan pembagian daging kepada warga sekitar.
Membawa Pesan Kesederhanaan dan Persatuan
Iduladha adalah perayaan tentang berbagi dan berkorban. Namun dalam suasana pembangunan besar-besaran seperti di IKN, nilai-nilai itu bisa saja tergeser oleh hiruk-pikuk kemajuan. Justru karena itu, kehadiran bantuan dari Presiden membawa pesan kuat bahwa nilai-nilai kemanusiaan masih menjadi fondasi utama dari ibu kota baru ini.
“Bantuan sapi kurban ini menyatukan kami,” ujar Malkan, pengurus Masjid Miftahul Firdaus. “Warga dari berbagai latar belakang berkumpul, bahu membahu menyiapkan penyembelihan, membagikan daging, dan saling membantu.”
Di tengah geliat pembangunan yang sering kali terasa jauh dari jangkauan masyarakat kecil, momen seperti ini membuktikan bahwa pembangunan sejati tidak hanya terlihat dari beton dan baja, tapi dari hubungan yang hangat antarmanusia.