Apoteker dan tenaga kesehatan lainnya harus memahami manajemen obat bencana, prioritas penggunaan obat, serta cara pelabelan obat dalam kondisi darurat agar pengobatan tepat sasaran dan aman.
Pelatihan ini juga meliputi simulasi tanggap darurat yang dapat meningkatkan kesiapan mental dan teknis tenaga farmasi saat menghadapi tekanan dan kondisi sulit di lapangan.
Pengalaman dari beberapa daerah yang telah melakukan simulasi bencana menunjukkan bahwa keterlibatan apoteker sangat menentukan keberhasilan distribusi dan penggunaan obat yang tepat.
Apoteker berperan penting dalam memastikan ketersediaan obat yang sesuai kebutuhan, menghindari kekurangan stok, serta memberikan edukasi kepada masyarakat dan tim medis di lokasi bencana.
PAFI Air Buaya (http://pafiairbuaya.org) berkomitmen untuk mengadopsi praktik-praktik terbaik ini dan mengimplementasikannya di wilayah Kabupaten Buru sebagai bentuk kontribusi nyata dalam penanggulangan bencana.
Kesiapan menghadapi bencana bukan hanya soal memiliki stok obat yang cukup, tetapi juga melibatkan koordinasi yang baik antara apotek, pemerintah, dan lembaga terkait. PAFI Air Buaya (http://pafiairbuaya.org) berharap wilayahnya dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam membangun sistem farmasi yang tangguh, responsif, dan terintegrasi.
Edukasi masyarakat tentang pentingnya kesiapsiagaan kesehatan juga menjadi bagian dari strategi ini, agar masyarakat tidak panik dan dapat memanfaatkan layanan kesehatan dengan optimal saat bencana melanda.
Pemanfaatan teknologi digital dalam manajemen stok obat dan sistem distribusi menjadi salah satu solusi yang didorong oleh PAFI Air Buaya(http://pafiairbuaya.org).
Penggunaan aplikasi monitoring stok secara real-time dan sistem pelacakan pengiriman obat dapat mempercepat respon dan meminimalisasi risiko kekurangan obat saat bencana.
Selain itu, teknologi komunikasi juga penting untuk menjaga koordinasi antar tim farmasi, pemerintah, dan lembaga penanggulangan bencana agar informasi dapat tersampaikan dengan cepat dan akurat.