Sebaliknya perusahaan monorel di Chongqing merencanakan membangun stasiun monorel di situ. Mereka saling mengadu ke Pemda. Saling klaim. Akhirnya Pemda memutuskan jalan tengah. Apartemen dan stasiun bisa disatukan.
Pihak apartemen keberatan. Apartemennya tidak akan laku. Akan bising. Suara kereta akan sangat mengganggu.
Tidak. Monorel ini tidak berisik. Ini bukan KRL. Ini monorel. Rodanya bukan besi. Relnya juga bukan besi. Rodanya karet. Seperti ban mobil, dari jenis khusus untuk monorel.
Jadilah.
Apartemen itu dibangun di pinggir jalan. Di samping gunung. Rel monorelnya datang dari jembatan indah di atas sungai Jialing. Lalu berbelok melayang di atas jalan raya, berbelok lagi menyusuri pinggir jalan raya di sebelah tebing. Maka ketika rel itu memasuki lokasi apartemen, jatuhnya di lantai enam apartemen itu.
Para penonton yang di seberang jalan mendongak takjub. Kereta datang tiap tiga atau empat menit. Bisa berkali-kali melihatnya. Mereka lupa kalau lagi terkena hipnotis TikTok. Dulu yang dianggap biasa menjadi luar biasa tanpa perubahan apa pun.
Saya pun mengajak bicara beberapa orang yang berdesakan menunggu kereta masuk apartemen.
“Saya dari Indonesia. Anda dari mana”?
“Dari Gansu,” ujar wanita itu. Dia bertiga. Sebaya. Sekitar 40 tahun. ”I”-nya empat dan lima.
Berarti mereka datang dari provinsi yang jauh. Kalau naik pesawat sekitar dua jam. Jakarta-Medan. Mungkin mereka naik kereta. Hanya untuk melihat apa yang diviralkan lewat TikTok.
“Saya dari Xinjiang,” kata seorang bapak. Usia sekitar 60 tahun. Lebih jauh dari Gansu. Lebih di barat lagi.
Ia lahir di Xinjiang, tapi sukunya Han. Bukan suku Uygur yang muslim.
TikTok memviralkannya, Pemda membuatkan fasilitas arena untuk menyaksikannya. Kombinasi tanpa koordinasi.
Bromo, di Jatim, juga pernah viral di TikTok-nya Tiongkok. Setelah itu begitu banyak turis Tiongkok ke Bromo. Mereka ingin berfoto di posisi TikToker ambil foto.
Tahun lalu salah satu TikToker Tiongkok itu terpeleset di foto spot di Bromo. Tewas.
TikTok telah jadi hipnotis masa kini. TikTok juga telah jadi kuda perkasa –siapa pun boleh menungganginya, termasuk Anda. (Dahlan Iskan)