Yang memenangkan hadiah Adinegoro tahun ini wartawan dari media online Kumparan. Namanya: Erandhi Hutomo Saputra. Wartawan muda. Hebat.
Saya bertemu Erandhi di lobi hotel. Ternyata Erandhi yang juga yang memenangkan Hadiah Adinegoro tahun lalu.
Tulisan Erandhi yang dinilai sebagai karya jurnalisme terbaik tahun ini bicara soal PIK2. Yakni hasil investigasinya mengenai proyek real estate di Tangerang utara itu.
Saya sudah membaca tulisan Erandhi: bagaimana petani dan petambak di sana “kalah” melawan investor.
Tulisan itu terbit di Kumparan bulan Juli tahun lalu. Jauh sebelum heboh PSN PIK2 belakangan ini.
Erandhi tidak peduli dengan perpecahan ini. Ia anggap ini urusan para elite PWI.
Perpecahan ini kelihatannya akan lama. Belum ada titik terang seperti yang mudah terjadi di Kadin Indonesia.
Kian lama perpecahan ini hanya akan membuat PWI kian tidak relevan dengan zaman. Toh dengan atau tanpa PWI media akan terus berjalan.
Di tengah perpecahan PWI itu jangan lupa: hari ini Disway harusnya juga berulang tahun. Ke- 7? Apakah itu juga berarti saya sudah menulis setiap hari tanpa absen selama tujuh tahun?
Saya pilih tanggal lahir 17 Agustus dengan maksud yang Anda sudah tahu. Pun pilih tanggal kelahiran Disway 9 Februari agar bersamaan dengan HPN. Tidak menyangka kalau akhirnya ada perpecahan di HPN.
Yang jelas ini bukan perpecahan akibat aliran ideologi pers seperti di zaman BM Diah vs Rosihan Anwar di masa lalu. Juga bukan akibat perbedaan sikap mau kritis atau mau pro pemerintah.
Ini perpecahan seperti piring pecah karena ada yang rebutan piring di atas meja. (Dahlan Iskan)