Etika digital dan privasi online juga perlu diajarkan sejak dini. Anak harus memahami pentingnya menjaga informasi pribadi dan tidak sembarangan membagikan konten yang dapat merugikan diri sendiri atau orang lain.
Diskusi tentang konsekuensi juga tidak kalah penting. Orang tua dan anak perlu berbicara secara terbuka tentang apa yang akan terjadi jika aturan yang telah disepakati dilanggar. Misalnya, jika anak melebihi batas waktu layar atau mengakses konten yang tidak sesuai, mereka harus memahami bahwa ada konsekuensi yang harus diterima. Pendekatan ini tidak hanya membantu membentuk kebiasaan digital yang sehat, tetapi juga melatih anak untuk berpikir kritis dan bertanggung jawab.
Media sosial sebenarnya bukan hanya tantangan, tetapi juga peluang bagi anak-anak untuk belajar, berinteraksi, dan mengekspresikan diri.
Dengan pendampingan yang tepat, media sosial dapat menjadi sarana edukasi yang bermanfaat.
Misalnya, anak dapat belajar tentang berbagai topik menarik, mengasah kreativitas, dan membangun jaringan pertemanan yang positif. Namun, semua ini hanya mungkin terjadi jika orang tua aktif terlibat dalam membimbing anak.
Orang tua juga perlu menjadi contoh yang baik dalam penggunaan media sosial. Anak-anak cenderung meniru perilaku orang tua mereka.
Jika orang tua terbiasa menggunakan media sosial secara bertanggung jawab, anak pun akan cenderung mengikuti pola yang sama. Selain itu, orang tua perlu terus memperbarui pengetahuan tentang platform media sosial terbaru dan tren yang sedang berkembang.
“Dengan demikian, mereka dapat memberikan bimbingan yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan anak-anaknya,” papar Teresa.
Dalam era digital seperti sekarang, lanjut Teresa, literasi digital menjadi keterampilan penting yang harus dimiliki oleh setiap anak. Literasi digital tidak hanya tentang bagaimana menggunakan teknologi.
Tetapi juga tentang memahami dampaknya, baik positif maupun negatif. Dengan membekali anak dengan literasi digital, orang tua telah memberikan modal berharga bagi masa depan mereka.