Pengamat Nilai Wacana Hapus Transjakarta Koridor 1 Kebijakan Konyol

Ada pun, penghapusan rute tersebut rencananya dilakukan setelah MRT tahap II selesai pada tahun 2027

IKNPOS.ID – Rencana penghapusan layanan Transjakarta (TJ) Koridor 1 Blok M – Kota yang disampaikan oleh Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Syafrin Lupito, menuai kritik keras dari sejumlah pihak.

Ada pun, penghapusan rute tersebut rencananya dilakukan setelah MRT tahap II selesai pada tahun 2027.

Pengamat transportasi KI Darmaningtyas, menilai, kebijakan tersebut  tidak realistis dan bahkan dianggap konyol.

Darmaningtyas mengungkapkan kekagetannya terhadap rencana tersebut, menilai bahwa Syafrin tidak memahami kondisi nyata di lapangan dan karakter pelanggan masing-masing moda transportasi.

“Jika memahami kondisi atau karakter pelanggan MRT dan TJ, tentu tidak akan mengeluarkan pernyataan tersebut,” ujar Darmaningtyas dalam pernyataan yang disampaikan melalui WhatsApp Group MTI (Masyarakat Transportasi Indonesia) Minggu 22 Desember 2024.

Menurutnya, ada perbedaan signifikan antara pengguna Transjakarta dan MRT, baik dari segi sosial ekonomi, tarif, maupun pola perjalanan.

Darmaningtyas mencontohkan, pelanggan MRT umumnya berasal dari kalangan sosial ekonomi yang lebih tinggi, terlihat dari gaya hidup mereka yang lebih modern dan bergaya.

Sementara pelanggan Transjakarta, banyak di antaranya berasal dari kalangan menengah ke bawah, yang sering kali membawa barang-barang praktis seperti tas plastik atau kardus.

Dengan tarif MRT yang jauh lebih mahal—sekitar Rp 14.000,- untuk perjalanan dari Lebak Bulus ke Bunderan HI—Darmaningtyas menilai tidak mungkin pelanggan Transjakarta yang terbiasa dengan tarif lebih murah bisa beralih ke MRT, apalagi jika tarifnya terus naik.

Darmaningtyas menegaskan, kebijakan yang seharusnya diambil adalah bagaimana memindahkan pengguna kendaraan pribadi, terutama motor, ke angkutan umum, bukan menghapus rute yang sudah ada.

Ia menilai, penghapusan layanan TJ Koridor 1 justru akan mendorong lebih banyak orang kembali menggunakan motor, yang pada gilirannya akan memperburuk kemacetan di Jakarta.

Lebih jauh, Darmaningtyas juga mengkritik pola perjalanan pengguna TJ Koridor 1 yang kini telah berkembang.

“Pola perjalanan pelanggan Koridor 1 telah berubah. Sekarang, pelanggan banyak yang naik dari halte-halte seperti CSW, Bunderan Senayan, hingga Monas, dan hanya sedikit yang turun di Blok M,” jelasnya.

Ia menilai bahwa penghapusan rute tersebut akan merugikan pelanggan yang sudah terbiasa dengan konektivitas antar rute TJ dan moda transportasi lainnya, seperti LRT Jabodek.

Darmaningtyas mengkhawatirkan bahwa keputusan ini bisa diambil tanpa mempertimbangkan analisis jaringan rute yang telah ada.

“Penghapusan Koridor 1 bisa menjadi kebijakan kanibal jika hanya fokus pada 10% pengguna angkutan umum, sementara 90% pengguna kendaraan pribadi justru tidak tersentuh,” ujarnya, merujuk pada penurunan potensi penumpang yang akan beralih ke kendaraan pribad

Sementara itu, Ketua MTI Wilayah Jakarta, Jusa Permana, menambahkan bahwa ia mempertanyakan apakah efek jaringan besar yang melibatkan Koridor 1 sudah dianalisis dengan baik oleh Dinas Perhubungan.

“Jika tidak, ini hanya akan menyiksa pelanggan,” katanya.

Sebagai seorang yang turut serta dalam proses pembangunan Busway Transjakarta, Darmaningtyas juga mengingatkan Syafrin Lupito akan pentingnya mengintegrasikan layanan transportasi massal, termasuk TJ dan MRT

“Menghapuskan Koridor 1 adalah langkah mundur. Seharusnya, yang dilakukan adalah memperlancar layanan TJ dan membangun integrasi antara MRT dan TJ,” ujar Darmaningtyas, yang juga pernah terlibat dalam pembangunan jaringan busway.

“Saya menolak keras penghapusan Koridor 1 dan rute lainnya. Integrasikan layanan transportasi, bukan hapus yang sudah ada,” tandasnya. (Sabrina/Dsw)

Exit mobile version