Kebijakan Berbasis Riset untuk Mitigasi Penyakit Tular Vektor di IKN

IKNPOS.ID – Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur terus berjalan, namun selain memastikan infrastruktur yang kokoh, pengendalian risiko kesehatan seperti penyakit tular vektor, termasuk malaria, juga menjadi perhatian penting.

Peneliti dan lembaga kesehatan di Indonesia dan internasional mendorong kebijakan berbasis riset untuk memitigasi potensi penyebaran penyakit tersebut.

Peneliti Geospatial and Epidemiology Program Manager di Oxford University Clinical Research Unit, Iqbal Elyazar, menekankan pentingnya kebijakan yang berbasis pada riset untuk menangani penyakit yang ditularkan melalui vektor, seperti malaria, di wilayah yang sedang berkembang seperti IKN.

“Kami mendorong kebijakan berbasis riset untuk mitigasi penyakit tular vektor. Fokus kami adalah eliminasi malaria, dan kami berharap ini dapat menciptakan perubahan yang berarti,” ujar Iqbal dalam keterangan persnya, Minggu 15 Desember 2024.

Iqbal juga menambahkan bahwa strategi adaptif sangat dibutuhkan, terutama terkait dengan target Indonesia bebas malaria pada 2030.

Ini menggarisbawahi pentingnya pendekatan kolaboratif dalam mitigasi malaria di seluruh Indonesia, termasuk di IKN.

Alex Lechner, Vice President of Research Monash University, Indonesia, mengungkapkan bahwa urbanisasi yang cepat dan perubahan iklim memperburuk tantangan pembangunan berkelanjutan di daerah yang rentan terhadap penyakit tular vektor, seperti Indonesia.

“Penelitian kolaboratif dan solusi inovatif sangat penting untuk mengatasi dampak kesehatan dan lingkungan dari proyek infrastruktur besar seperti di IKN,” katanya.

Monash University berkomitmen untuk terlibat aktif dalam mengintegrasikan desain tata kota dengan pertimbangan ekologi dan kesehatan, untuk menciptakan masyarakat yang tangguh dan berkelanjutan.

Baru-baru ini, sebuah kajian yang dipublikasikan di jurnal Nature Communications memberikan sorotan terkait mitigasi risiko malaria dan penyakit yang ditularkan oleh vektor di IKN. Kajian yang berjudul

“Mitigating risks of malaria and other vector-borne diseases in the new capital city of Indonesia” ini dipimpin oleh Dr. Henry Surendra, Associate Professor dan koordinator program Master of Public Health di Monash University, Indonesia.

Kajian ini melibatkan berbagai peneliti senior, termasuk Iqbal Elyazar, serta Dr. Kimberly Fornace dari National University of Singapore. Selain itu, kajian ini juga melibatkan pemangku kepentingan dari Kementerian Kesehatan RI, WHO Indonesia, dan UNICEF Indonesia.

Manajer Program Malaria Nasional di Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Dr. Helen Prameswari, menekankan bahwa meskipun penularan malaria di IKN sudah dapat dikendalikan, pihaknya bersama Otoritas IKN dan pemerintah daerah tetap memberikan perhatian besar terhadap upaya mitigasi risiko malaria.

Salah satu inisiatif yang telah dilakukan adalah pembentukan Gugus Tugas Bebas Malaria pada Mei 2024 yang menyasar pekerja konstruksi, buruh migran, dan pekerja kehutanan setempat.

Dalam upaya mengoptimalkan penanganan malaria dan penyakit tular vektor lainnya, tim peneliti merekomendasikan penelitian lanjutan untuk memahami pengaruh perubahan lingkungan, perilaku vektor, dan mobilitas manusia terhadap penyebaran penyakit.

Kemajuan teknologi, seperti data satelit dan kecerdasan buatan (AI), diharapkan dapat digunakan untuk memantau perubahan lingkungan secara real-time dan menyempurnakan rencana tata ruang kota untuk mengurangi risiko kesehatan.

Dr. Henry menambahkan bahwa pembangunan IKN akan memiliki dampak besar tidak hanya di Kalimantan Timur tetapi juga di provinsi sekitar dan negara tetangga.

Oleh karena itu, penting bagi para pemangku kepentingan untuk membina kolaborasi lintas sektor dan lintas negara untuk menangani tantangan kesehatan, ekologi, dan sosial secara komprehensif.

“Pendekatan multidisiplin sangat penting untuk memastikan bahwa semua tantangan ini dapat diatasi dengan efektif,” ujarnya.

Pembangunan IKN memang menyimpan tantangan besar, tidak hanya dalam hal infrastruktur, tetapi juga dalam menjaga kesehatan masyarakat dari potensi penyebaran penyakit tular vektor.

Oleh karena itu, kolaborasi riset, kebijakan berbasis data, serta penerapan teknologi yang tepat akan menjadi kunci dalam menciptakan ibu kota masa depan yang sehat dan berkelanjutan.

Exit mobile version