IKNPOS.ID – Setelah sebelumya terjadi inflasi pada September, Kota Balikpapan kembali mencatat deflasi sebesar 0,61 persen (mtm) pada Oktober 2024.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencaatat, inflasi tahunan Balikpapan mencapai 1,51 persen (yoy), lebih rendah dari inflasi nasional (1,71 persen yoy) dan rata-rata inflasi empat kota di Kalimantan Timur (1,75 persen yoy).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Balikpapan, Robi Ariadi, mengatakan, deflasi di Balikpapan disebabkan oleh penurunan harga komoditi pangan dan bahan bakar minya (BBM).
Faktor utama penyebab deflasi adalah komoditas kangkung, ikan layang, bayam, bensin, dan sawi hijau.
Terjadi peningkatan pasokan dari daerah penghasil seperti Kutai Kartanegara dan Balikpapan sendiri berhasil menekan harga sayuran.
“Peningkatan pasokan dari daerah penghasil seperti Kutai Kartanegara dan Balikpapan telah menekan harga sayuran, sementara harga bensin turun seiring kebijakan harga Pertamina,” terang Robi di Balikpapan, Selasa 5 November 2024.
Tidak hanya Balikpapan, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) juga mencatat deflasi sebesar 0,12 persen (mtm) pada Oktober 2024 setelah sebelumnya mengalami inflasi 0,23 persen.
Inflasi tahunan PPU berada di angka 0,85 persen (yoy), lebih rendah dari rata-rata nasional dan Kalimantan Timur.
Deflasi di PPU didorong oleh penurunan harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau, dengan komoditas seperti semangka, cabai rawit, sawi hijau, kangkung, dan bayam mengalami penurunan akibat pasokan yang memadai dari daerah pemasok.
Meski mengalami deflasi, inflasi tahunan Balikpapan berada dalam rentang target nasional yaitu 2,5% ± 1%.
Survei BI Balikpapan menunjukkan peningkatan optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi, didorong oleh penghasilan dan lapangan kerja yang lebih stabil dibandingkan bulan sebelumnya.
Namun, BI Balikpapan tetap mewaspadai potensi kenaikan harga menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Nataru, di mana permintaan komoditas sering meningkat.
“Indikasi meningkatnya transaksi ekonomi terlihat dari kenaikan volume transaksi QRIS di Balikpapan, PPU, dan Kabupaten Paser pada September 2024,” jelas Robi.
Mengantisipasi potensi inflasi akhir tahun, BI Balikpapan bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) terus memperkuat sinergi dalam menjaga stabilitas harga melalui berbagai langkah.
Di antaranya, mengadakan high-level meeting TPID, memperkuat kerja sama antar-daerah (KAD), dan menyelenggarakan pasar murah serta operasi pasar secara intensif menjelang HBKN Nataru.
“Kami juga mendorong Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dengan melibatkan Tim Penggerak PKK dan masyarakat dalam penanaman cabai dan komoditas hortikultura,” tambah Robi.
Sinergi ini diharapkan dapat menjaga inflasi daerah dalam target nasional pada 2024.