IKNPOS.ID – Bank Indonesia (BI) Balikpapan mengantisipasi potensi inflasi akhir tahun yang diperkirakan terjadi menjelang hari besar keagamaan Natal dan Tahun Baru (Nataru).
BI Balikpapan bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) akan terus memperkuat sinergi dalam menjaga stabilitas harga di pasaran mengantisipasi terjadinya inflasi di akhir tahun itu.
Ada beberapa langkah yang akan ditempuh BI dalam upayanya menjaga stabilitas harga di Balikpapan.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Balikpapan, Robi Ariadi mengatakan, pihaknya telah mempersiapkan langkah-langkah mengantisipasi potensi terjadinya inflasi di Balikpapan menjelang akhir tahun.
Di antaranya, mengadakan high-level meeting dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), memperkuat kerja sama antar-daerah (KAD), dan menyelenggarakan pasar murah serta operasi pasar secara intensif menjelang Hari Besar Keagamaan Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Selain itu, BI akan mendorong Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) bersama masyarakat dan juga Tim Penggerak PKK untuk menanam komoditas hortikultura.
“Kami juga mendorong Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dengan melibatkan Tim Penggerak PKK dan masyarakat dalam penanaman cabai dan komoditas hortikultura,” ujar Robi.
Melalui sinergi tersebut, Robi berharap dapat menjaga inflasi daerah dalam target nasional pada 2024 bisa tercapai.
Sebelumnya, Balikpapan mengalami inflasi pada September lalu, kemudian terjadi deflasi disebabkan oleh pasokan komoditas sayuran dari Kutai Kartanegara meningkat serta penuruan harga BBM oleh Pertamina.
Faktor utama penyebab deflasi adalah komoditas kangkung, ikan layang, bayam, bensin, dan sawi hijau.
“Peningkatan pasokan dari daerah penghasil seperti Kutai Kartanegara dan Balikpapan telah menekan harga sayuran, sementara harga bensin turun seiring kebijakan harga Pertamina,” ujar Robi.
Tidak hanya Balikpapan, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) juga mencatat deflasi sebesar 0,12 persen (mtm) pada Oktober 2024 setelah sebelumnya mengalami inflasi 0,23 persen.
Inflasi tahunan PPU berada di angka 0,85 persen (yoy), lebih rendah dari rata-rata nasional dan Kalimantan Timur.
Deflasi di PPU didorong oleh penurunan harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau, dengan komoditas seperti semangka, cabai rawit, sawi hijau, kangkung, dan bayam. Penurunan harga itu terjadi akibat pasokan yang memadai dari daerah produsen.
Meski mengalami deflasi, inflasi tahunan Balikpapan berada dalam rentang target nasional yaitu 2,5% ± 1%.
Survei BI Balikpapan menunjukkan peningkatan optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi, didorong oleh penghasilan dan lapangan kerja yang lebih stabil dibandingkan bulan sebelumnya.
Namun, BI Balikpapan tetap mewaspadai potensi kenaikan harga menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Nataru, di mana permintaan komoditas sering meningkat.
“Indikasi meningkatnya transaksi ekonomi terlihat dari kenaikan volume transaksi QRIS di Balikpapan, PPU, dan Kabupaten Paser pada September 2024,” ujarnya.