IKNPOS.ID – Proyek tol bawah laut atau immersed tunnel di perairan Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur (Kaltim) tak sekadar cita-cita.
Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) berupaya merealisasikan proyek tol bawah laut pertama di Indonesia itu.
Kemen PUPR sejak awal akan menggandeng Korea Selatan untuk membangun tol bawah laut yang diperkirakan akan menelan anggara Rp 11 triliun.
Perkembangan terbaru, gayung tersambut, pemerintah Korea Selatan kabarnya juga mulai tertarik menjalin kerja sama dengan Indonesia untuk proyek tol bawah laut.
Kabar baik itu diungkap Sekretaris Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) M Zainal Fatah saat ditemui awak media, Selasa 1 Oktober 2024.
Dia mengatakan, pemerintah Korea Selatan tartarik dengan rencana proyek tol bawah laut yang direncanakan Pemerintah Indonesia di IKN.
Selain Australia, Pemerintah Korea Selatan sendiri telah memiliki terowongan tol bawah laut sebelumnya.
Karena itu, Indonesia akan belajar dari kedua negara tersebut untuk mewujudkan tol bawah laut.
Direktur Pembagunan Jalan Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR, Wida Nurfaida dua bulan lalu mengungkapkan rencana proyek immersed tunnel.
Menurutnya, pemerintah akan menggandeng Korea Selatan untuk membangun proyek bawah laut. Saat ini pihaknya sedang menghitung anggaran yang akan digunakan untuk merealisasikan proyek prestisius itu.
“Immersed tunnel kurang lebih sekitar Rp11 triliun atau skitar US$682 juta,” terang Wida, Agustus 2024 lalu.
Immersed tunnel akan terkoneksi dengan tol menuju Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) mencapai 88,54 kilometer (Km). Lokasi pembangunan tol bawah laut berada di – Lokasi: Segmen 4A-4B di IKN, Kalimantan Timur.
Namun saat ini, tol bawah laut masih dalam tahap studi kelayakan (feasibility study) dan detail engineering design (DED).
Adapun manfaat dari pembangun tol bawah laut antara lain meningkatkan konektivitas, memperlancar akses menuju kawasan inti pemerintahan IKN.
Mencegah kemacetan dan mengurangi kepadatan lalu lintas di permukaan, menjaga kelestarian lingkungan, meminimalkan dampak pembangunan terhadap lingkungan sekitar.
Yang terpenting mendorong pertumbuhan ekonomi dan menjadi magnet bagi investasi dan pengembangan kawasan sekitar.