IKNPOS.ID – Kepala Adat Besar Tanah Kutai bersama OIKN menggelar ritual adat Pelas Benua di Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur.
Ritual Adat Kutai Pelas Benua itu digelar selama tiga hari, mulai Minggu 20 hingga Senin 21 Oktober di Rest Area IKN.
Ritual Adat Kutai Pelas Benua diikuti masyarakat Kutai dan OIKN dilaksanakan dalam rangka memohon kelancaran pembangunan Ibu Kota Nusantara berlokasi di Sepaku, Penajam Paser Utara (PPU).
Deputi Bidang Sosial, Budaya, dan Pemberdayaan Masyarakat Otorita IKN Alumuddin mengatakan, ritual adat ini menjadi simbol permohonan restu leluhur dan pembersihan wilayah IKN dari segala halangan yang dapat menghambat proses pembangunan.
Sebelumnya ritual Adat Dayak dan Paser juga pernah digelar di lokasi yang sama pada Mei 2024 lalu.
Ritual Adat Dayak dan Paser melibatkan 12 lembaga adat sebagai tanda keselarasan antara pembangunan modern dan kearifan lokal.
“Mei lalu, kita menggelar ritual bersama masyarakat Dayak dan Paser, dan hari ini giliran masyarakat Kutai,” ujar Alimuddin.
Alimuddin menjelaskan makna Ritual Pelas Benua. Secara bahasa, “Pelas” berarti pembersihan, sementara “Benua” merujuk pada wilayah.
Dengan demikian, Ritual Pelas Benua bertujuan untuk membersihkan wilayah IKN dari pengaruh buruk agar proses pembangunan berjalan tanpa hambatan.
Ketua Panitia Ritual, Sopyan dari Masyarakat Adat Kutai Puak Lampung, menegaskan bahwa Pelas Benua adalah upaya spiritual untuk memastikan keberhasilan pembangunan IKN.
“Ritual ini adalah bentuk pengukuhan dari masyarakat adat. Pemerintah memberikan dukungan penuh agar budaya dan kearifan lokal tetap hidup dan diwariskan kepada generasi muda,” jelasnya.
Rangkaian acara Pelas Benua juga dimeriahkan dengan berbagai kegiatan budaya seperti permainan tradisional, tari-tarian khas Kutai, dan deklarasi dukungan dari 5 Puak (sub suku) Kutai terhadap pembangunan IKN.
Kelima Puak tersebut antara lain Puak Pantun, yang dianggap sebagai Puak tertua, serta Puak Kedang, Puak Lampung, Puak Pahu, dan Puak Melanti.