IKNPOS.ID – Komoditas kangkung dan bayam menjadi penyumbang terbesar inflasi di Kota Balikpapan sepanjang September 2024, mencatat inflasi sebesar 0,10 persen secara bulanan.
Selain sayuran, harga udang basah dan ikan layang juga turut mendorong kenaikan inflasi di kota penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN) ini.
Peningkatan harga pada komoditas sayuran seperti bayam, kangkung, dan sawi dipicu oleh penurunan pasokan akibat curah hujan tinggi yang menyebabkan gagal panen. Gangguan pada distribusi semakin memperparah kenaikan harga.
Tak hanya sayuran, harga udang basah juga mengalami lonjakan akibat penurunan pasokan yang disebabkan oleh cuaca buruk.
Selain itu, harga ikan layang juga ikut terdongkrak naik karena angin kencang membatasi aktivitas nelayan, menurunkan pasokan ikan di pasar.
Deflasi Menahan Laju Inflasi
Meski beberapa komoditas mengalami kenaikan, beberapa lainnya justru mengalami penurunan harga sehingga menahan laju inflasi lebih lanjut.
Cabai rawit, daging ayam ras, angkutan udara, bensin, dan bahan bakar rumah tangga mengalami deflasi.
Penurunan harga cabai rawit disebabkan oleh peningkatan pasokan, sementara penurunan harga bensin terkait dengan penyesuaian harga BBM non-subsidi oleh PT Pertamina secara nasional pada September 2024.
Harga bahan bakar rumah tangga turun berkat operasi pasar yang dilakukan oleh pemerintah daerah, sementara penurunan harga daging ayam ras dipicu oleh stabilnya pasokan akibat normalisasi distribusi.
Harga angkutan udara juga turun karena permintaan tiket kembali normal setelah rangkaian kegiatan di IKN usai, dan beberapa maskapai meningkatkan frekuensi penerbangan.
Inflasi Tertahan di Koridor Terjaga
Meski mengalami inflasi bulanan, Bank Indonesia menyatakan bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) di Balikpapan masih dalam koridor terjaga.
Sebelumnya, Balikpapan mencatat deflasi selama dua bulan berturut-turut pada Juli dan Agustus 2024.
Inflasi bulanan ini mendorong inflasi tahunan Kota Balikpapan ke level 2,31 persen secara tahunan, sedikit lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional sebesar 1,84 persen dan inflasi gabungan empat kota di Provinsi Kalimantan Timur yang mencapai 2,16 persen.
Bank Indonesia tetap optimistis bahwa inflasi di Balikpapan dapat terkendali, seiring dengan upaya pengendalian harga dan stabilisasi pasokan di berbagai sektor.