IKNPOS.ID – Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Timur (Kaltim) mengungkapkan adanya penurunan signifikan dalam produksi padi dan usaha tani di wilayah Benua Etam selama beberapa tahun terakhir.
Berdasarkan hasil survei Kerangka Sampel Area (KSA) pada tahun 2023, luas panen padi di Provinsi Kaltim tercatat hanya mencapai sekitar 57,08 ribu hektare, berkurang 7,89 ribu hektare atau 12,14 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya, 2022.
Dampak penurunan luas lahan ini pun mempengaruhi total produksi padi di Kaltim. Pada 2023, produksi padi tercatat sebesar 226,97 ribu ton gabah kering giling (GKG).
Jika dikonversikan menjadi beras, hasilnya mencapai sekitar 132,02 ribu ton, mengalami penurunan sebesar 7,25 ribu ton atau 5,20 persen dibandingkan dengan tahun 2022.
Perubahan Iklim Penyebab Utama
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (DTPH) Kaltim, Siti Farisyah Yana, mengonfirmasi bahwa penurunan produksi tanaman pangan, termasuk padi, terjadi akibat dampak perubahan iklim yang melanda selama tiga tahun terakhir.
Menurutnya, tantangan iklim yang ekstrem telah menyebabkan hasil pertanian di Kaltim tidak maksimal.
“Dalam tiga tahun terakhir ini, kami tidak memiliki keuntungan lebih karena dampak perubahan iklim ini,” ungkap Yana, dikuti Minggu 13 Oktober 2024.
Ia menjelaskan bahwa perubahan iklim tidak hanya terjadi di Kaltim atau Indonesia, tetapi juga di berbagai belahan dunia lainnya.
Optimisme Peningkatan Produktivitas
Kendati menghadapi berbagai tantangan, Yana optimis bahwa produktivitas tanaman pangan di Kaltim bisa kembali meningkat dalam waktu dekat.
DTPH Kaltim telah merancang sejumlah program untuk mengantisipasi masalah ini, terutama dalam periode Oktober 2024 hingga Maret 2025.
Upaya peningkatan produktivitas yang dilakukan antara lain melalui program antisipasi krisis air untuk irigasi pertanian dan pencegahan serangan hama.
Yana menyebut bahwa salah satu tantangan utama yang dihadapi petani Kaltim adalah kekurangan air untuk irigasi.
“Kami tengah menyiapkan mesin pompa untuk memaksimalkan irigasi guna mengatasi kekurangan air, sambil berupaya mencegah serangan hama yang lebih intens akibat perubahan iklim,” ujar Yana.
Antisipasi Krisis Air dan Hama
Selain fokus pada irigasi, DTPH juga mempersiapkan langkah-langkah untuk menghadapi serangan hama tanaman yang meningkat karena kondisi cuaca ekstrem.
Serangan hama ini semakin sering terjadi karena perubahan iklim yang membuat tanaman lebih rentan. Namun, DTPH berupaya untuk terus memantau dan mengatasi masalah ini agar tidak semakin menggerus produksi pertanian di Kaltim.
Dengan strategi yang telah disiapkan, diharapkan produktivitas pertanian Kaltim akan pulih dan mampu mengatasi tantangan perubahan iklim di masa depan.