IKNPOS.ID – Perubahan yang dibawa oleh pembangunan, termasuk rencana pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur (Kaltim) membuat kebudayaan lokal seperti budaya suku Paser berperan sebagai pondasi yang menjaga keberlanjutan nilai kearifan lokal.
Menurut Kabid Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Christian Nur Selamat, budaya merupakan identitas dan warisan yang mencerminkan jati diri suatu daerah.
Karenanya, Pemkab PPU melalui Disbudpar terus berupaya untuk menjaga eksistensi kebudayaan setempat. Terlebih, dengan hadirnya IKN di Benuo Taka.
Menurutnya, pelestarian budaya tidak hanya menjadi tugas pemerintah, tetapi juga membutuhkan partisipasi aktif seluruh masyarakat. Dia meminta perhatian masyarakat untuk bersama-sama melestarikan kebudayaan lokal.
“Kearifan lokal kita adalah gotong royong. Semua pihak harus bekerja sama untuk menjaga kebudayaan kita tetap hidup,” ujar Chriatian, Jumat 25 Oktober 2024.
Dia juga menjelaskan, keterbukaan suku Paser yang menerima sangat menerima perbedaan. Menurut adat Paser, meskipun seorang anak lahir dari pernikahan antar suku, anak tersebut tetap dianggap sebagai orang Paser jika salah satu dari kedua orang tuanya merupakan orang Paser, meskipun itu hanya ibunya. Hal ini mencerminkan budaya Paser sangat menerima keragaman.
“Keterbukaan suku Paser juga tercermin dari sikap mereka yang sangat menerima pendatang. Masyarakat pendatang tidak hanya membangun budaya mereka sendiri, tetapi juga ikut berkontribusi dalam pelestarian budaya Paser,” jelas Christian.
Dia berharap, keterbukaan dan gotong royong masyarakat PPU yang sudah ada dapat terus menjadi jembatan dalam melestarikan kebudayaan lokal, khususnya dengan adanya pemindahan ibu kota negara ke Benuo Taka.
“Mari kita bersama-sama menjaga dan mengembangkan kebudayaan kita. Gotong royong dan keterbukaan adalah kunci agar kebudayaan yang ada tetap lestari,” tutupnya.