IKNPOS.ID – Pencetus Ibu Kota Nusantara (IKN), Andrinof Chaniago menanggapi kritikan Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan ke mantan Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN), Bambang Susantono.
Mantan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) era pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) jilid satu itu menegaskan,bahwa pembangunan tidak bisa disamakan dengan perang.
“Kekeliruan elit politik, terutama yang background-nya militer, melihat masalah pembangunan sama dengan masalah perang,” kata Adrinof dikutip dari program ROSI yang ditayangkan di YouTube Kompas TV, Minggu 9 Juni 2024.
Andrinof menyadari pernyataan Luhut muncul dikarenakan ia berlatar belakang militer, sehingga pemikirannya hanya sebatas ‘hidup atau mati’.
“Jadi hitung-hitungan hidup atau mati, kita membunuh atau dibunuh,” ujarnya.
Menurut Adrino, modal untuk membangun sebuah Ibu Kota membutuhkan perhitungan yang matang, termasuk memahami risiko dari seluruh tindakan pembangunan.
“Pembangunan harus dipersiapkan dengan matang, karena banyak aspek yang harus diperhitungkan, seperti faktor sosial hingga kemasyarakatan, terangnya.
“tidak bisa harus ada keputusan cepat, nggak bisa, karena konsekuensinya panjang, masalah tidak selesai-selesai,” sambungnya.
“Salah satu contohnya yakni tentang pembebasan lahan yang tidak bisa dilakukan dengan cara pemaksaan atas nama kepentingan umum,” pungkasnya.
Sebelumnya, Luhut mengatakan pembangunan IKN memang memerlukan penyelesaian yang cepat. Tentunya dibantu dengan pengambilan keputusan yang cepat pula.
Secara tidak langsung, Luhut menyebut pembangunan IKN di bawah kepemimpinan Bambang dan Dhony berjalan lamban.
Hal itu diakatakan Luhut dalam acara talkshow bertajuk “Ngobrol yang Paten-paten Aja Bareng Menko Marinves” di Jakarta Selatan, Selasa (4/6/2024).
“Enggak enak buka aib orang lain. Sebenarnya ada sesuatu yang menurut saya harusnya jauh lebih cepat penyelesaian di sana, tapi enggak bisa buat keputusan, ya enggak jalan-jalan nanti,” kata Luhut.
Dalam pernyataannya, Luhut mengumpamakan kepemimpinan Bambang dan Dhony di IKN seperti ketika orang sedang makan.
Apabila seseorang sedang makan, sudah menjadi tugasnya mencampur makanan tersebut secara benar.
Namun, jika menemukan jebakan seperti cabai, orang tersebut harus berani mengambil risiko dengan cara menyingkirkannya.
“Makanan sudah ada, ya kamu campur yang benar. Itu tugas kau sebagai pemimpin, ya harus berani ambil risikonya,” ujarnya