IKNPOS.ID- Indonesia menyumbang kasus malaria terbesar ke 2 di Asia setelah India, dengan estimasi kasus sebesar 811.636 kasus positif pada tahun 2021.
Sejauh ini pemerintah masih terus berupaya menurunkan angka penularan penyakit mematikan tersebut.
Kemenkes terus berupaya mencegah penularan penyakit malaria di kawasan IKN yang merupakan kota di tengah hutan.
Pelaksana Harian Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Hellen Dewi Prameswari mengatakan, IKN yang dibangun dengan membuka hutan seluas 256.142 hektar bisa mengakibatkan masalah endemis tinggi malaria.
Karena itu, pemerintah ingin mencontoh PT Freeport Indonesia yang menjaga wilayah kerjanya di Kuala Kencana, Timika, Papua, dari malaria.
Distrik Kuala Kencana di Kota Timika menjadi contoh pembukaan lahan hutan tanpa untuk pemukiman. Malaria di distrik tersebut 0 kasus. Padahal sekelilingnya hutan yang merupakan wilayah endemis tinggi.
“Kami melihat pendekatan penanggulangan malaria yang dilakukan Freeport di wilayah Kuala Kencana bisa cocok di IKN,” ucapnya.
Pola mitigasi yang dilakukan, yaitu dengan pengendalian vektor dan lingkungan, pemeriksaan parasit pada nyamuk dan manusia, memastikan drainase air mengalir, dan pada genangan air atau air tidak mengalir dengan cara menutup atau menimbun atau pemberian larvasida, serta melepas ikan pemakan jentik.
“Ada petugas khusus yang setiap hari memantau potensi tempat perindukan nyamuk malaria di Freeport, bahkan di pelepah daun pun mereka memeriksa. Mereka lakukan pengamatan di setiap air tergenang secara rutin,” kata Plh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, dr Hellen Dewi Prameswari.
Helen memastikan, hingga saat ini belum terdeteksi adanya kasus malaria di IKN. Namun, mitigasi dari kasus yang dipicu gigitan nyamuk Anopheles itu masih tetap diperlukan.
Kabupaten Penajam Paser Utara, wilayah penyanggah Ibu Kota Nusantara (IKN), menjadi salah satu wilayah Indonesia yang memiliki jumlah kasus malaria tinggi.
“Seperti yang kita tahu, Penajam Paser Utara mendapat porsi yang cukup besar di dalam wilayah IKN yaitu sebesar 60%. Oleh karena itu kami menyelenggarakan kegiatan menuju IKN bebas malaria,” terangnya dalam temu media daring pada, Senin 27 Mei 2024.
Penyebaran penyakit malaria oleh nyamuk Anopheles betina, dapat disebarkan melalui daerah-daerah yang tergenang air dan lembab seperti rawa dan hutan. Di wilayah kabupaten Penajam Paser Utara, penularan penyakit ini berasal dari hutan sekitarnya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Penajam Paser Utara dr. Jansje Grace Makisurat menyebutkan bahwa 80% kasus malaria di wilayah perbatasan dan dibawa oleh para penebang kayu illegal.
“Sumber utama penularan malaria di wilayah Penajam Paser Utara ini berada di segitiga perbatasan. Jadi kalau di laut itu ada segitiga bermuda, disini ada segitiga perbatasan yang terdiri dari Kutai Barat, Penajam Paser Utara dan kabupaten Paser. Sumber penularan utama ini berada di wilayah kabupaten Paser dan sebagian di wilayah Kutai Barat. Yang mana dari wilayah inti pemerintah itu berjarak sekitar 100km,” jelasnya.
dr. Jansje menambahkan, di tahun 2024 kasus malaria di wilayah Kalimantan mengalami penurunan, walaupun jumlah penduduk di wilayah IKN terus bertambah secara signifikan
“Pada tahun 2024, terdapat 232 kasus malaria dan akan kami upayakan SPR tahun 2024 untuk kurang dari 5% dengan berbagai kegiatan skrining di berbagai segmen kerja di IKN, termasuk pekerja BPDAS yaitu mereka yang melakukan reboisasi di daerah IKN, kemudian para pekerja PT. IHM, dimana sebelum ada IKN, wilayah IKN dan wilayah sekitarnya merupakan wilayah kerja perusahaan mereka,” tambahnya.
Pemerintah sudah melakukan upaya penanggulangan malaria di wilayah IKN dengan kegiatan pemberian obat anti malaria pada masyarakat sekitar, serta melakukan pemberian obat anti malaria pada kelompok pekerja hutan/MMP yang ditargetkan pada populasi khusus seperti perambah hutan dan komunitas adat terpencil.
“Di IKN sendiri memang ada kasus pekerja yang terkena malaria, tapi itu kasus import. Biasanya yang terkena malaria itu pendatang, ada dari Papua, Sulawesi atau NTT. Dan itu kasus import bukan indigenous, jadi penularannya bukan terjadi di IKN. Jadi kasusnya relapse saja, hanya kumat-kumat saja, jadi sebelum datang ke IKN mereka sudah punya riwayat menderita malaria sebelumnya,” tutup dr. Jansje.
Ia menegaskan bahwa pemerintah menjaga wilayah IKN agar terbebas dari daerah reseptif nyamuk Anopheles.