IKNPOS.ID – Pasukan Israel menjatuhkan 153 ton bom ke sasaran-sasaran di Gaza. Serangan ini adalah respon atas apa yang disebut Israel sebagai pelanggaran gencatan senjata oleh kelompok perlawanan Palestina, Hamas.
Berbicara pada pembukaan sidang musim dingin parlemen Israel, Knesset, Senin, 20 Oktober 2025, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berulang kali mendapat interupsi dari anggota parlemen oposisi yang memprotes kebijakan pemerintahnya dan upaya memperpanjang perang Israel di Gaza.
“Satu tangan kami memegang senjata, tangan lainnya terulur untuk perdamaian,” kata Netanyahu kepada anggota Knesset. “Kalian berdamai dengan yang kuat, bukan yang lemah. Hari ini Israel lebih kuat dari sebelumnya,” lanjutnya, seperti dikutip AFP.
“Selama gencatan senjata, dua tentara gugur. Kami menyerang mereka dengan 153 ton bom dan menargetkan puluhan lokasi di seluruh Jalur Gaza,” lanjut Netanyahu.
Menurut militer Israel, mereka telah melancarkan gelombang serangan udara terhadap sasaran-sasaran di Gaza, setelah dua tantara Israel tewas dalam serangan oleh Hamas. Kelompok Palestina tersebut membantah mengetahui serangan tersebut.
Israel Mengaku Kembali Terapkan Gencatan Senjata
Namun, pada Minggu, 19 Oktober malam, militer Israel mengumumkan, bahwa, “sesuai dengan arahan eselon politik, dan setelah serangkaian serangan signifikan, IDF telah memulai kembali penegakan gencatan senjata setelah pelanggarannya oleh Hamas.”
Pengumuman Israel bahwa mereka akan kembali menegakkan gencatan senjata muncul setelah militer melancarkan serangan terhadap 20 target di Gaza, yang menurut badan pertahanan sipil yang dikelola Hamas menewaskan 45 orang, meskipun angka tersebut tidak dapat diverifikasi dan tidak membedakan antara warga sipil dan kombatan.
“Israel tidak ingin gencatan senjata berakhir. Ada persamaan sederhana antara pelanggaran dan respons — dan ini akan terus berlanjut selama Hamas terus melanggar perjanjian,” kata seorang pejabat keamanan Israel.
Pejabat yang sama juga memperingatkan bahwa area antara Garis Kuning — yang telah ditarik militer berdasarkan ketentuan gencatan senjata saat ini — dan perbatasan Mesir merupakan “titik panas untuk potensi eskalasi.”