IKNPOS.ID – Pemerintah akan mewajibkan pencampuran Etanol 10% (E10) ke dalam Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis bensin. Di sisi lain, pro dan kontra bermunculan.
Keputusan ini merupakan bagian dari upaya besar mencapai kemandirian energi dan mengurangi ketergantungan kronis pada bahan bakar fosil impor.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, saat ini tengah menyusun peta jalan terperinci untuk implementasi kebijakan E10 ini.
Bahlil menepis keraguan terhadap kualitas etanol. Ia merujuk pada praktik global yang sudah jauh lebih maju.
Seperti di Brasil yang sudah mencapai E27 (bahkan E100 di beberapa wilayah), India (E20), Thailand (E20), dan AS (E10 hingga E85).
“Sangatlah tidak benar kalau dibilang etanol itu nggak bagus. Buktinya di negara-negara lain sudah pakai barang ini,” tegas Bahlil.
Misi Utama Kebijakan E10
- Mengurangi Defisit Impor: Dapat diproduksi dari sumber daya lokal seperti singkong atau tebu berfungsi sebagai substitusi impor bensin.
- Menciptakan Lapangan Kerja: Budidaya tebu dan singkong serta pembangunan pabrik etanol akan membuka lapangan kerja baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.
- Keberlanjutan Lingkungan: Dianggap sebagai bahan nabati yang carbon neutral, membantu menekan emisi CO2.
Pakar bahan bakar dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Tri Yuswidjajanto, membedah secara teknis dampak pencampuran etanol 10% ini.
Dari sisi performa dan lingkungan, etanol menawarkan keuntungan signifikan. Namun juga membawa tantangan teknis, terutama pada kendaraan lama.
Kelebihan Etanol dalam Campuran BBM:
- Oktan Tinggi (High RON): Etanol memiliki nilai Research Octane Number (RON) yang sangat tinggi, antara 110 hingga 120. Penambahan hanya 3,5% etanol dapat meningkatkan angka oktan bensin sebesar 3,85 hingga 4,2 poin, berpotensi membuat performa mesin lebih optimal.
- Reduksi Emisi CO2: Berasal dari bahan nabati yang menyerap CO2 selama pertumbuhannya (carbon neutral). Pencampuran etanol 3,5% mampu menurunkan emisi CO2 hingga 3,5%.
Kekurangan dan Tantangan Teknis:
- Penurunan Kandungan Energi: Etanol memiliki kandungan energi yang lebih rendah (sekitar 26,8-29,7 MJ/kg) dibandingkan bensin murni (sekitar 40 MJ/kg). Penambahan 3,5% dapat menurunkan total kandungan energi pada campuran bensin sekitar 1%, berpotensi memengaruhi efisiensi konsumsi.
- Potensi Mesin Panas (Overheating): Etanol mengandung oksigen, yang dapat meningkatkan Air Fuel Ratio (AFR). Perubahan ini berpotensi mengakibatkan mesin menjadi lebih panas.
- Masalah Higroskopis: Bersifat higroskopis (mudah menyerap uap air). Jika bensin tercampur air, kadar etanol akan turun, yang pada akhirnya menurunkan angka RON.
- Inkompatibilitas Komponen Lama: Kendaraan model lama berpotensi mengalami masalah. Karena komponen karet dan seal mungkin tidak kompatibel dan rentan terhadap campuran etanol.
Meskipun begitun, Yuswidjajanto menambahkan catatan penting kendaraan modern umumnya sudah dirancang untuk kompatibel dengan bensin yang mengandung etanol hingga kadar 20% (E20).