IKNPOS.ID – Pemerintah Indonesia tengah memfinalisasi langkah besar dalam sejarah pertahanan maritim.
Kabarnya, RI sedang bersiap mengakuisisi kapal induk Giuseppe Garibaldi (C-551) yang resmi dipensiunkan Angkatan Laut Italia pada 2024.
Untuk mewujudkan rencana ambisius ini, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) sudah memberi lampu hijau terkait pinjaman luar negeri dengan batas maksimal US$450 juta.
Nilai ini setara dengan belanja modal awal satelit Satria-1, sebelum proyek itu membengkak hingga US$540 juta.
Langkah ini jelas menjadi perhatian besar, mengingat Indonesia selama ini belum pernah memiliki kapal induk. Lantas, seberapa hebat sebenarnya Giuseppe Garibaldi?
Spesifikasi dan Kehebatan Kapal Induk Giuseppe Garibaldi
Kapal induk Giuseppe Garibaldi bukan kapal biasa. Ia tercatat sebagai kapal induk pertama Italia yang mampu mengoperasikan pesawat fixed-wing berjenis STOVL (Short Take-Off and Vertical Landing).
Jenis ini memungkinkan pesawat lepas landas pendek dan mendarat vertikal, mirip helikopter.
Selain itu, Garibaldi mampu mendukung berbagai jenis helikopter untuk misi anti-kapal selam, operasi amfibi, hingga bantuan kemanusiaan.
Hal ini sangat relevan dengan kondisi Indonesia yang rawan bencana, karena kapal induk bisa menjadi pangkalan udara terapung yang lebih dekat ke lokasi bencana.
Spesifikasi utama Giuseppe Garibaldi:
Panjang: 180,2 meter
Lebar: 33,4 meter
Displacement: ±13.850 ton
Kecepatan maksimum: 30 knot (±56 km/jam)
Dek penerbangan: 174 meter
Kapasitas udara: hingga 18 helikopter atau kombinasi jet tempur STOVL dan helikopter
Desain modular kapal ini juga membuatnya fleksibel sebagai kapal komando, platform operasi udara, hingga pusat komunikasi maritim.
Efisiensi Tinggi, Biaya Operasi Lebih Hemat
Dibandingkan dengan supercarrier negara adidaya yang berbobot lebih dari 100.000 ton, Garibaldi tergolong medium carrier yang lebih hemat energi dan murah dalam perawatan.
Meski relatif ringan, Garibaldi tetap mampu menampilkan kekuatan udara sekaligus proyeksi militer yang signifikan. Hal ini menjadi pertimbangan penting bagi Indonesia, karena pengadaan kapal induk super raksasa jelas lebih berat dari sisi anggaran maupun operasional.