IKNPOS.ID – Penyakit Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) atau penyakit asam lambung seringkali menimbulkan kekhawatiran di tengah masyarakat.
Banyak yang beranggapan bahwa penyakit ini tidak dapat disembuhkan secara total dan penderitanya harus bergantung pada obat seumur hidup. Namun, benarkah demikian?
Menjawab keresahan ini, Ari Fahrial Syam Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam dalam memberikan penjelasan komprehensif mengenai GERD, mulai dari penyebab, pengobatan, hingga kemungkinan untuk sembuh total.
GERD merupakan kondisi di mana asam lambung beserta isinya naik kembali ke kerongkongan (esofagus). Hal ini terjadi akibat melemahnya katup atau sfingter esofagus bagian bawah, yang seharusnya berfungsi sebagai pintu satu arah dari kerongkongan ke lambung.
Gejala umum yang dirasakan penderita GERD antara lain rasa panas di dada (heartburn), mulut terasa asam atau pahit, kesulitan menelan, sensasi mengganjal di tenggorokan, mual, hingga batuk kronis.
Jika tidak ditangani dengan baik, GERD dapat menimbulkan komplikasi serius seperti peradangan pada kerongkongan (esofagitis), penyempitan kerongkongan, hingga meningkatkan risiko kanker esofagus.
Mitos vs. Fakta: Bisakah GERD Sembuh Total?
Banyak informasi yang beredar menyebutkan GERD adalah penyakit kronis yang tidak bisa disembuhkan. Namun, para ahli medis menegaskan bahwa dengan penanganan yang tepat dan komitmen dari pasien, GERD sangat mungkin untuk dikendalikan dan bahkan disembuhkan secara total.
Profesor Ari Fahrial Syam menegaskan bahwa GERD bisa disembuhkan total. Menurutnya, GERD berbeda dengan penyakit kronis seperti hipertensi atau diabetes yang hanya bisa dikontrol.
“Iya, pertama pernyataan saya makanya kenapa tadi saya bilang setelah ngeliat Youtube saya, pasien-pasien itu menjadi semangat, saya bilang GERD bisa sembuh. Karena tadi nih, bagaimana sembuhnya? Tekanan di lambung kita kurangin, krebsnya kita rapetin,” ujar Prof Ari saat konferensi pers, dikutip Selasa 19 Agustus 2025.
“Nah, bagaimana krebsnya di rapetin? Tadi jaga makan. Coklat keju, lemak ga boleh. Kemudian ya diobati dulu, biasanya kita obati 2 bulan sebelum minum obatnya. Ya kalau kita saat gemuk, ya dikontrol berat badan,” tambahnya.