IKNPOS.ID – Di dapur-dapur masyarakat Banjar, aroma rempah dan cabai selalu jadi ciri khas yang langsung terasa akrab. Tapi ada satu bumbu yang jadi ikon sejati masakan Kalimantan Selatan, Habang Banjar.
Bukan sekadar sambal biasa, habang Banjar adalah saus merah kental berbahan dasar cabai merah kering.
Warnanya menggoda, dan rasanya unik, lebih manis daripada pedas, berkat tambahan gula merah yang memberikan sentuhan khas.
Lebih dari Sekadar Bumbu, Ini Warisan Budaya
Habang Banjar bukan cuma soal rasa, tapi juga bagian dari sejarah panjang masyarakat Banjarmasin.
Berdasarkan laporan dari Repository Poltekpar NHI, kuliner khas Banjar punya jejak kuat dari pengaruh Kerajaan Demak, salah satu kerajaan Islam awal di Pulau Jawa.
Pada tahun 1595 lalu, tercatat hubungan antara Kerajaan Banjar dan Kerajaan Demak menghasilkan sebuah dua kesepakatan besar.
Pertama, pertukaran komoditas seperti rempah-rempah dan pakaian. Kedua, penguasa Banjar saat itu, Pangeran Samudra, memeluk Islam dan membuka jalan bagi penyebaran agama Islam lewat Khatib Dayyan dari Demak.
Sejak saat itu, budaya dan kuliner Banjar berkembang dengan pengaruh rempah-rempah yang kaya.
Daerah Banjarmasin pun dikenal sebagai penghasil utama rempah nasional, dan di sanalah habang Banjar lahir dan tumbuh sebagai bumbu andalan.
Rahasia Rasa Habang Banjar
Dalam bahasa Banjar, “habang” berarti merah. Warna ini berasal dari cabai merah kering yang diolah sedemikian rupa. Meski bahan utamanya adalah cabai, jangan harap sambal ini bikin terbakar lidah.
Justru, kombinasi dengan gula merah menjadikan rasanya manis legit dengan sedikit sensasi pedas di akhir gigitan.
Bumbu ini sangat fleksibel: bisa jadi sambal pendamping nasi kuning, lauk pauk, atau bahkan dijadikan saus utama dalam masakan seperti ayam masak habang dan telur masak habang.