IKNPOS.ID – Pasar mata uang kripto menguat dalam seminggu terakhir. Rata-rata kenaikan harga kripto berkisar 5,61%. Bitcoin naik 5,2% dan altcoin naik 4,85% sementara Pi malah turun signifikan. Ini Fakta-fakta Pi Network.
Sayangnya, ketika sebagian besar pasar mengalami kenaikan, Pi justru mengalami penurunan harga secara dramatis dan kerugian cukup besar. Padahal, Pi Network salah satu mata uang kripto yang paling dibicarakan pada tahun 2025 ini.
Bukannya mengikuti gelombang kenaikan, Pi Coin justru turun 26,3% hanya dalam tujuh hari, termasuk penurunan tajam 9,4% dalam 24 jam terakhir.
Related Post
Apa yang sebenarnya terjadi, mengapa Pi mengalami kesulitan sementara pasar kripto berkembang pesat.
Fakta-fakta Pi Network dari harga menjulang hingga hampir hilang
1. Harga fluktuatif, tinggi hingga turun tajam
Pergerakan harga PI baru-baru ini sangat fluktuatif. Pada tanggal 20 Februari, harganya hanya $0,1071. Selama enam hari berikutnya, harganya meroket hingga 2.688,79%, dan sempat melewati angka $3 pada tanggal 26 Februari.
Namun, reli tersebut berumur pendek. Pada tanggal 27 Februari, penjual mengalahkan pembeli, yang menandai dimulainya penurunan berkelanjutan. Sejak saat itu, harga PI telah turun lebih dari 70,40%, tanpa tanda-tanda pemulihan yang jelas.
2. Permintaan menurun investor ancang-ancang keluar
Data pasar menunjukkan bahwa para pedagang kehilangan minat pada PI. Permintaan terus menurun sejak tanggal 27 Februari, yang memperkuat tren penurunan.
3. Indikator teknis utama, On-Balance Volume (OBV), semakin menegaskan pergeseran ini.
OBV melacak tekanan beli dan jual di pasar. Pada tanggal 26 Februari, OBV PI berada di sekitar 566,88 juta. Hari ini, OBV telah anjlok hingga -1,06 miliar, yang menyoroti peningkatan signifikan dalam tekanan jual.
4. Analisis Grafik: Pola Bearish Masih Berlaku
PI telah bergerak dalam saluran menurun sejak mencapai titik tertinggi sepanjang masa di $3. Pola ini menunjukkan tren bearish, dengan titik tertinggi yang lebih rendah dan titik terendah yang lebih rendah.
Terverifikasi Dewan Pers