IKNPOS.ID – Pihak berwenang Hong Kong menyatakan hasil investigasi terhadap kebakaran mematikan yang menewaskan sedikitnya 151 orang menunjukkan adanya jaring yang menutupi perancah (bekisting) renovasi tidak memenuhi kode keamanan kebakaran. Di tengah gelombang simpati dan dukungan publik untuk korban, langkah pemerintah meredam kritik keras justru menuai sorotan.
Kebakaran yang terjadi pada Rabu (27/11/2025) dan baru berhasil dipadamkan sepenuhnya pada Jumat (29/11/2025), berawal dari jaring yang menutupi perancah bambu di lantai bawah salah satu gedung di kompleks perumahan bertingkat tinggi Wang Fuk Court. Api kemudian menjalar cepat ke bagian dalam setelah panel busa yang dipasang di jendela terbakar dan memecahkan kaca.
Angin yang bertiup kencang membawa api dari satu gedung ke gedung lain, yang semuanya tertutup perancah dan jaring, hingga akhirnya tujuh dari delapan gedung kompleks tersebut terbakar.
Kontraktor Diduga Mengabaikan Keselamatan Demi Untung
Meskipun pengujian awal terhadap jaring menunjukkan bahwa material tersebut telah sesuai kode, investigasi lanjutan yang dilakukan oleh tim penyelidik menemukan fakta yang berbeda.
Kepala Sekretaris Hong Kong, Eric Chan, mengatakan bahwa setelah mengumpulkan 20 sampel dari semua area, termasuk lantai yang lebih tinggi, tujuh sampel terbukti gagal memenuhi standar keselamatan. Temuan ini menguatkan dugaan bahwa kontraktor sengaja menghemat biaya material demi meraih keuntungan yang lebih besar.
“Mereka hanya ingin menghasilkan uang dengan mengorbankan nyawa orang,” tegas Eric Chan kepada wartawan.
Upaya Pemulihan dan Bantuan Korban
Hingga Senin (2/12/2025), donasi yang terkumpul untuk para penyintas kebakaran telah mencapai 900 juta Dolar Hong Kong (setara US$115 juta). Aliran masyarakat terus berdatangan untuk meletakkan bunga, kartu, dan penghormatan lainnya di tugu peringatan darurat di dekat kompleks Wang Fuk Court yang terbakar. Kompleks ini dihuni oleh sekitar 4.600 orang di pinggiran Tai Po.
Pemerintah juga turut menyalurkan 300 juta Dolar Hong Kong (US$38.5 juta) sebagai modal awal untuk membantu korban membangun kembali rumah mereka dan menyediakan dukungan jangka panjang. Bantuan subsidi tunai untuk biaya hidup dan pemakaman juga telah diberikan kepada para penyintas.




















