Saya lupa: tanpa pakaian ihram tidak bisa lagi mendekat Kakbah. Baik untuk salat maupun tawaf. Aturan ini sudah sejak sekitar tiga atau lima tahun. Saya sudah pernah mengalami — dilarang ke area Kakbah saat hendak tawaf wada.
Untuk yang tidak pakai pakaian ihram tawafnya harus di lantai dua, tiga, atau di rooftop. Pak Bambang dan istri pun salat di lantai dua.
Kami hanya punya waktu tiga jam di Makkah. Harus balik ke Jeddah. Masalahnya: kini sudah ada Warung Madura di Makkah. Kami pun ke sana. Kali pertama. Ke Warung Madura Bu Risma. Warung baru. Letaknya di satu ruangan di belakang lobi sebuah hotel.
Kami makan siang di situ. Pesan bebeMadura. Nasi campur. Kue-kue. Cendol dawet.
Laris. Bu Risma sudah punya dua warung seperti itu di Makkah. Kabarnya segera buka cabang di Jakarta.
Bu Risma tinggal di Makkah tapi tidak sedang di Makkah. Saya gagal bertemu wanita hebat itu. Pun suaminyi.
Bu Risma asli Pontianak tapi aslinya asli keturunan Sampang. Sedang suami keturunan Pamekasan.
Hari itu sudah tiga hari saya digelontor kambing di Jeddah. Begitu ketemu bebek Madura rasanya seperti sudah sampai di Djibouti. (Dahlan Iskan)





















