Kekalahan yang Melahirkan Janji
Bagi publik Indonesia, Maarten Paes bukan hanya kiper naturalisasi. Ia adalah simbol dedikasi dan harapan baru sepak bola Indonesia.
Dalam tiap penyelamatan, ada semangat ribuan anak muda yang percaya bahwa mimpi tak selalu lahir dari kemenangan kadang tumbuh dari kegagalan yang jujur.
Kekalahan dari Irak dan Arab Saudi hanyalah batu loncatan menuju sesuatu yang lebih besar. Garuda mungkin jatuh kali ini, tapi sayapnya tak patah.
Piala Dunia 2026 kini memang tinggal cerita. Namun, seperti dicatat FIFA, edisi berikutnya Piala Dunia 2030 akan menandai 100 tahun sejarah sepak bola dunia.
Di situ, Maroko, Portugal, dan Spanyol menjadi tuan rumah utama, sementara Uruguay, Argentina, dan Paraguay membuka laga pertama di Amerika Selatan tempat sejarah dimulai.
Dan mungkin, di situlah nanti, Maarten Paes akan kembali berdiri. Bukan untuk menangis, tapi untuk menebus janji yang belum selesai.
Garuda yang Akan Terbang Lagi
Perjalanan Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026 memang sudah berakhir. Tapi di balik skor dan statistik, tersisa sesuatu yang lebih besar yakni, keyakinan bahwa masa depan sepak bola Indonesia sedang dibangun dengan air mata dan keberanian.
Dari Paes, Idzes, Elkan Baggott, hingga Marselino Ferdinan, generasi baru ini sedang menulis babak baru. Mereka gagal kali ini, tapi fondasi sudah ditanam.
Suatu hari nanti, di panggung Piala Dunia, mungkin kita akan mendengar lagu Indonesia Raya berkumandang dan di bawah tiang gawang, Maarten Paes akan tersenyum, menatap langit, dan berkata dalam hati:
“Janji itu akhirnya kutepati.”