Penelitian dari Universitas Bayreuth (Jerman) memperlihatkan bahwa hujan dan permukaan air menyebabkan ejeksi mikroplastik ke udara, hingga diperkirakan hingga triliunan partikel mikroplastik bisa masuk atmosfer tiap tahun secara
Di Tiongkok, beberapa kota industri melaporkan hingga 200 partikel/m²/hari, terutama di area pesisir dan Amerika Serikat (Colorado, 2019) sebanyak 132 partikel per meter persegi per hari ditemukan di pegunungan Rocky.
Mengapa Ini Penting untuk Indonesia?
Temuan ini menegaskan bahwa polusi plastik kini bukan hanya masalah laut atau darat — atmosfer pun tidak terkecuali. Meski penelitian BRIN masih terfokus di Jakarta dan wilayah pesisirnya, riset lain menyebut potensi fenomena serupa di daerah penyangga seperti Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Bodetabek).
Perlu kesadaran bahwa setiap tetes hujan di area urban bisa membawa partikel yang sebelumnya terangkat dari aktivitas manusia.
Bagi masyarakat dan pembuat kebijakan, rekomendasinya jelas: kurangi penggunaan plastik sekali pakai, tingkatkan pengelolaan limbah plastik, dan mulailah pemantauan mikroplastik di air hujan sebagai bagian dari sistem pemantauan kualitas lingkungan.
Walau riset sudah menunjuk bukti kuat untuk Jakarta, masih banyak aspek yang perlu diteliti lebih lanjut: skala nasional, varian ukuran dan polimer mikroplastik, serta dampak spesifik terhadap kesehatan manusia. Maka, temuan ini harus dibaca sebagai peringatan awal, bukan kesimpulan akhir.