Fenomena Hujan Mikroplastik: Dari Jakarta ke Dunia
IKNPOS.ID – Fenomena hujan mikroplastik kini menjadi perhatian global. Di Indonesia, penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berhasil membuktikan bahwa partikel plastik berukuran sangat kecil telah jatuh bersama hujan di Jakarta. Temuan ini menandai bahwa polusi plastik kini tidak hanya mencemari laut dan tanah, tetapi juga atmosfer.
Dalam studi yang dilakukan sejak 2022, tim BRIN menemukan rata-rata sekitar 15 partikel mikroplastik per meter persegi per hari di kawasan pesisir Jakarta. Partikel tersebut terbawa melalui udara, kemudian mengendap bersama hujan dan debu. Menariknya, tingkat deposisi ini meningkat saat musim hujan dibandingkan musim kemarau.
Menurut laporan PubMed dan Mongabay, partikel yang ditemukan umumnya berasal dari aktivitas manusia, seperti abrasi ban kendaraan, serat pakaian sintetis, serta limbah plastik rumah tangga yang menguap dan terbawa angin.
Kondisi di Negara Lain: Lebih Dulu Terpantau, Tapi Tak Kalah Serius
Fenomena serupa juga telah lama ditemukan di berbagai negara. Penelitian di Amerika Serikat oleh U.S. Geological Survey (2019) menunjukkan bahwa partikel mikroplastik dapat ditemukan dalam hujan di Pegunungan Rocky dengan jumlah mencapai 132 partikel per meter persegi per hari, hampir sembilan kali lebih tinggi dibanding Jakarta.
Namun, para peneliti mengingatkan bahwa perbandingan ini bersifat indikatif karena perbedaan metode pengukuran dan kondisi lingkungan.
Berdasarkan penelitian lain di wilayah South Central Appalachia, Amerika Serikat, tingkat deposisi mikroplastik mencapai sekitar 68 partikel per meter persegi per hari.
Sementara di Jerman dan Inggris, rata-rata deposisi mikroplastik dari udara ke tanah berkisar antara 20 hingga 40 partikel per meter persegi per hari. Di kawasan industri pesisir Tiongkok, angka ini bahkan mencapai 200 partikel per meter persegi per hari, menurut laporan dari jurnal Environmental Pollution.
Penelitian dari Pennsylvania State University menambahkan bahwa partikel mikroplastik di atmosfer dapat berperan sebagai inti pembentukan awan (cloud condensation nuclei), sehingga turut memengaruhi pola curah hujan.
Indonesia Belum yang Terparah, Tapi Rentan
Meski angka di Indonesia masih lebih rendah dibanding Tiongkok dan Amerika Serikat, para peneliti menilai kondisinya bisa cepat memburuk. Hal ini karena Indonesia memiliki curah hujan tinggi, kelembapan ekstrem, serta pengelolaan sampah plastik yang belum optimal. Semua faktor tersebut memperbesar peluang mikroplastik masuk ke atmosfer dan terbawa turun bersama hujan.