“Saya dan Rozanah sesama Madura, tapi dipertemukan di Xiamen,” ujar Ustaz Ihya lantas tertawa.
Waktu itu mereka sama-sama kuliah S-1 di Xiamen. Satu angkatan dengan sesama alumnus Pondok Pesantren Nurul Jadid, Novi Basuki –yang jadi ketua dewan juri.
Lulus S-1 di Xiamen, Ihya-Rozanah meneruskan ke jenjang pernikahan di Madura. Setelah itu keduanya cari beasiswa untuk S-2 di Zhejiang University di Hangzhou. Mereka pun berangkat ke Hangzhou. Kuliah sambil bulan madu.
Sebenarnya pendiri jurusan Mandarin di pondok Al Majidiyah adalah kiai pendiri pondok Al Majidiyah itu sendiri: KH Mun’im Bayan. Sang kiai adalah sepupu kiai di Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo. Maka dengan mudah Kiai Mun’im mendapat bantuan guru Mandarin dari Nurul Jadid. Dikirimlah Ustaz Ihya ke Al Majidiyah.
Untuk acara besok dan lusa Al Majidiyah mengirim peserta lomba 12 santri. Tema pidato sudah ditentukan: Mimpiku tentang Indonesia.
Yang juga banyak mengirim peserta adalah SMA Islam Sabilillah, Malang: 13 orang. Sebenarnya Sabilillah baru membuka program Mandarin tiga tahun lalu. Ini memang SMA Islam baru: berdiri 2014.
Tapi Anda sudah tahu: Yayasan Sabilillah sendiri didirikan 1984. Awalnya mendirikan masjid Sabilillah di Blimbing. Besar. Megah. Anda selalu melewatinya kalau ke Malang –dari arah Surabaya, kanan jalan.
Masjid itu didirikan di situ karena sejarah: di situlah markas besar laskar Hisbullah di zaman perang kemerdekaan. Tokohnya KH Masykur. Lalu diteruskan oleh KH Tholhah Hasan –pernah menjabat menteri agama.
Kini SMA Islam Sabilillah punya program bahasa Jerman, Jepang dan Mandarin. Sedang bahasa wajib untuk semua siswa adalah Inggris dan Arab.
“Kami mendapatkan guru Mandarin dari Universitas ”dulu IKIP’ Malang,” ujar Ahmad Nasor, wakil kepala sekolah di situ. Ia sendiri alumnus UM jurusan sejarah.
Yang paling banyak kirim peserta tentulah pondok pesantren Nurul Jadid, 15 orang. Lalu Madrasah Aliyah Unggulan Bina Insan Mulia (Bima), Cirebon, 14 orang. Bima adalah milik tokoh NU yang pernah jadi ketua cabang PDI-Perjuangan di Kairo, Mesir: KH Imam Jazuli.