IKNPOS.ID – Harga Pi Network (PI) kembali melemah dalam 24 jam terakhir, turun 3,56% menjadi $0,229, sekaligus memperpanjang penurunan mingguan hingga 12,47%.
Data dari CoinMarketCap pada Jumat 10 Oktober 2025 menunjukkan bahwa tekanan harga ini dipicu oleh penundaan pembaruan jaringan, risiko kelebihan pasokan token, serta indikator teknikal yang masih lemah.
1. Penundaan Pembaruan Jaringan Utama
Faktor pertama yang menekan harga Pi adalah keterlambatan peluncuran Protokol v23, pembaruan besar yang diharapkan mampu meningkatkan skalabilitas dan mendukung pengembangan aplikasi DeFi di ekosistem Pi Network.
Pembaruan tersebut kini dijadwalkan rilis pada akhir kuartal IV 2025 atau awal 2026, setelah sebelumnya direncanakan lebih awal.
Meskipun proses pengujian sudah berjalan, langkah hati-hati yang diambil Tim Inti Pi (Pi Core Team) menimbulkan kekecewaan di kalangan komunitas dan investor yang menantikan peningkatan utilitas koin.
Penundaan ini memperpanjang status Pi sebagai aset spekulatif tanpa utilitas nyata, sehingga mengurangi minat beli dari pasar baru.
Sejak Februari 2025, koin ini juga belum tercatat di bursa utama, membuat likuiditas tetap tipis dengan volume perdagangan harian hanya sekitar $28 juta.
Investor kini menaruh perhatian pada perkembangan Testnet 2 dan adopsi pengembang terhadap Rust SDK Pi sebagai indikator kemajuan teknis berikutnya.
2. Risiko Kelebihan Pasokan Token
Faktor kedua datang dari peningkatan suplai token.
Lebih dari 120 juta token PI dijadwalkan akan dibuka dalam 30 hari mendatang. Angka ini menambah tekanan pada 8,25 miliar token yang sudah beredar di pasar, meningkatkan risiko dilusi nilai di tengah lemahnya permintaan.
Penambang awal dan afiliasi proyek berpotensi melepas token mereka karena harga PI telah turun hampir 90% dari level tertinggi $2,98.
Rendahnya perputaran volume (turnover) sebesar 1,83% dari kapitalisasi pasar juga menunjukkan pasar kesulitan menyerap tekanan jual besar tanpa menimbulkan slippage signifikan.
3. Kelemahan Teknis di Pasar