IKNPOS.ID – Harga Pi Coin turun ke $0,26 setelah sempat mencapai $3, namun para ahli kripto menyebut kondisi itu hanyalah fase tidur sebelum harga meledak. Merekan juga menyebut ini bukan akhir, melainkan fase akumulasi menjelang kebangkitan. Versi 23 dan Pi DEX siap jadi katalis menuju $10.
Pi Coin (Pi Network) yang pernah menjadi bintang baru di dunia kripto, kini tengah menghadapi fase penurunan tajam. Dari harga puncak di kisaran $3, kini token ini hanya berada di level $0,26, memunculkan banyak pertanyaan di kalangan investor dan komunitasnya. Apakah ini tanda proyek gagal, atau justru bagian dari strategi panjang menuju kebangkitan?
Seorang analis kripto dari komunitas Dr. Pi (@Pi_Coins) menyebut penurunan harga ini bukanlah akhir, melainkan “fase akumulasi sebelum kebangkitan besar.” Ia percaya, jika ekosistem mainnet Pi berkembang penuh dalam dua bulan ke depan, harga Pi bisa menembus $10 bahkan $100 dalam jangka menengah.
Mengapa Harga Pi Network Terus Melemah?
Penurunan harga Pi tidak terjadi tiba-tiba. Ada sejumlah faktor struktural yang saling berkaitan dan menekan nilai token ini. Menurut analisis Dr. Pi, tantangan tersebut lebih mirip “sakit tumbuh” ketimbang tanda kemunduran proyek.
Progres Pengembangan yang Lambat
Sejak masa testnet hingga mainnet, perkembangan Pi Network berjalan sangat lambat. Banyak pengguna yang awalnya berharap peluncuran cepat justru kecewa karena proyek berjalan “setapak demi setapak.” Hal ini membuat antusiasme komunitas menurun dan mempengaruhi minat beli.
Minim Ekosistem di Mainnet
Saat ini, ekosistem mainnet Pi masih tergolong sepi. Aplikasi terdesentralisasi (dApps) yang aktif masih sangat sedikit, dan aktivitas on-chain belum menunjukkan geliat berarti. Tanpa permintaan nyata dari pengguna, nilai Pi lebih bersifat spekulatif dibanding fungsional.
Tekanan Jual dan Kelebihan Pasokan
Setelah migrasi massal ke mainnet, jutaan token Pi mulai beredar di pasar tanpa keseimbangan permintaan yang memadai. Data menunjukkan lebih dari 15 juta pengguna telah berpindah ke mainnet, namun volume perdagangan tetap rendah. Akibatnya, pasokan berlebih menekan harga secara konsisten.